Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2015, 14:20 WIB

Di Pencerah Nusantara, Nahla, Yurdhina, dan Riedha tak sendiri. Setiap angkatan terdiri dari 32-35 orang berusia 20-25 tahun yang dipilih dari 1.000 pendaftar. Mereka terdiri dari dokter umum, bidan, perawat, dan pemerhati kesehatan.

Dekatkan kesenjangan

Dari kaum muda cerdas dan gelisah melihat masalah di sekitar serta tak hanya berpangku tangan, ditemukan jalan keluar berbagai masalah. Itu menumbuhkan harapan perbaikan.

Hal itu diakui Karyo (44), Kepala Desa Tanjung Pakis, Pakis Jaya. ”Dulu warga buang air di saluran irigasi, kali, atau dolbon (buang air di kebun). Kini, kami saling bantu mewujudkan WC di rumah warga,” tuturnya.

Selain itu, Puskesmas Pakis Jaya yang semula buruk dan minim layanan pun berkembang. Layanan rawat inap di puskesmas itu akan dihidupkan. ”Ini agar tak harus ke rumah sakit daerah yang jaraknya sekitar 60 kilometer dari Pakis Jaya,” kata Karyo.

Melihat dampak nyata kegiatan itu, menurut Akmal, terobosan Pencerah Nusantara akan diterapkan di daerah lain yang layanan kesehatan primernya buruk. Di Indonesia ada sekitar 9.500 puskesmas dengan kondisi baik 60 persen. Kemkes mengkaji penerapan program sejenis di 50 titik pada 2015 di Papua dan daerah perbatasan.

Pelibatan satu tim di satu daerah yang layanan kesehatannya buruk membawa hasil baik. Intervensi khusus kesehatan di daerah terpencil itu diperlukan demi mengatasi kesenjangan layanan kesehatan antardaerah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau