Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2015, 13:50 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Osteoarthritis (OA) mungkin belum terlalu familiar di telinga Anda dibanding osteoporosis. Keduanya adalah penyakit yang berbeda. Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi M Rizal Chaidir mengungkapkan, sering kali orang yang terkena osteoarthritis mengira sedang menderita osteoporosis.

“Di Indonesia publikasi soal osteoarthritis belum banyak dibicarakan. Kita kadang susah membedakan dengan osteoporosis atau pengeroposan tulang. Padahal beda sekali. Kalau osteoarthritis itu kerusakan pada rawan sendi,"terang Rizal dalam diskusi Combiphar Edukasi Osteoarthritis di Jakarta, Sabtu (29/8/2015).

Selain itu, osteoarthritis juga kerap dikira penyakit asam urat. Rizal menjelaskan, osteoarthritis adalah kerusakan pada rawan sendi yang bisa terjadi karena bantalan di persendian menipis sehingga terjadi benturan antara tulang rawan. Penyakit ini juga berbeda dengan arthritis rheumatoid atau dikenal dengan rematik.

“Kalau arthritis rheumatoid (AR), kapsul sendi dulu yang kena, kalau ini tulang rawan sendi. AR banyak sendi yang kena, kalau OA hanya beberapa saja,” jelas Rizal.

Dalam kesempatan yang sama, dokter bedah ortopedi yang juga pakar osteoarthritis dari Italia, Lorenzo Castellani mengungkapkan, osteoarthritis merupakan kondisi sendi terasa nyeri dan kaku akibat inflamasi yang terjadi karena gesekan antara ujung-ujung tulang penyusun sendi.

Adapun gesekan tulang terjadi karena berkurangnya kekentalan dan elastisitas cairan synovial, yaitu asam hialuronat yang berada di antara sendi tulang. Bila cairan tersebut berkurang, gejalanya antara lain sendi terasa nyeri, muncul suara berderak saat sendi digerakkan, sendi menjadi kaku, hingga pergerakan pun menjadi terbatas.

Rizal mengatakan, osteoarthritis dibagi dalam empat level tergantung tingkat keparahan yang bisa dilihat melalui rontgen. Level awal, rongga sendi masih terlihat bagus atau bantalan di persendian belum terlalu menipis. Hingga level yang sangat parah, sudah tidak ada bantalan sehingga terjadi benturan antartulang. Penyakit ini pun lebih sering terjadi pada daerah lutut.

Jika sudah sampai level yang sangat parah, bisa menyebabkan kaki bengkok, sehingga perlu dilakukan pembedahan jika ingin mengembalikan ke bentuk semula. Sedangkan pada level awal, cukup dengan menghindari pekerjaan terlalu berat, turunkan berat badan jika obesitas, dan lakukan olahraga sesuai kemampuan yang bisa membentuk otot untuk melindungi persendian.

Batalan persendian yang sudah menipis pun bisa ditambah dengan memberikan obat suntik berisi cairan asam hialuronat. “Jadi ada obat berisi cairan hialuronat yang berfungsi sebagai pelumas sendi agar kerusakan tidak bertambah,” kata Rizal.

Senior General Manager Medical Promotion & Development Combiphar Yuddi Suyud mengatakan, kini sudah ada obat baru dan telah terbukti secara ilmiah yang terbuat dari bahan alami yakni jengger ayam. Obat suntik baru yang mengandung asal hialuronat itu diklaim mampu bertahan sebagai pelumas sendi selama 18 bulan. Kemudian bisa dilakukan penyuntikan ulang.

Seperti diketahui, osteoarthritis merupakan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Sebanyak 70 persen penyakit ini diderita oleh laki-laki maupun perempuan berusia di atas 60 tahun.

Akan tetapi, usia muda juga bisa terkena osteoarthritis jika memiliki faktor risiko seperti obesitas atau pernah kecelakaan. Osteoarthritis juga lebih sering terjadi pada perempuan karena adanya perubahan hormonal pada masa menopause atau berhentinya siklus mestruasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com