Wajah Wijatmoko (42) memerah, tangannya gemetar, keringat dingin mulai mengucur ketika melihat ada kardus bertuliskan merek donat di atas meja rapat yang sedang dikerubungi rekan-rekan kerjanya. Ia langsung ngibrit meninggalkan ruang kantor.
Koko, demikian ia biasa dipanggil, sangat takut pada donat. Perasaan takut dan jijik langsung meluap setiap kali melihat kue dengan lubang di tengah itu. Siksaan ini sudah dirasakannya sejak remaja.
”Yang saya ingat, rasa takut dan jijik seperti itu muncul ketika saya kelas I SMP. Nenek saya setiap hari berjualan kue, dan suatu hari di dalam tampahnya ada donat. Buat saya, bentuk kue itu menjijikkan sekali, seperti tinja. Dan ketika saya melihat orang memakannya, saya ingin muntah. Kok kotoran dimakan...,” kenang Koko.
Koko mengakui, ia sebisa mungkin menyimpan persoalannya itu untuk dirinya saja, karena begitu teman-temannya tahu kelemahannya, ia kerap dipermainkan.
”Saya pernah ditakut-takuti teman dengan donat sampai kejar-kejaran. Saya marah sekali sampai dendam pada orang itu,” kata Koko.
Setelah menikah, persoalan itu membuatnya lumayan repot karena gerai donat semakin banyak di mal dan pertokoan. Bukan hanya itu, anaknya yang terkecil (7 tahun) pun sangat menyukai donat.
”Istri dan anak saya yang paling besar sudah mengerti kondisi saya. Begitu masuk mal, biasanya kita menghindari melintas di depan toko atau kafe yang menjual donat. Kalau anak saya kepingin donat, biasanya istri saya membeli donat yang bentuknya tidak berlubang. Donat itu di rumah disimpannya di tempat terpencil agar tidak terlihat dan tercium oleh saya. Baru tercium baunya saja saya sudah cemas,” kata Koko.
Sampai saat ini Koko belum mau meminta bantuan ahli untuk menghilangkan fobianya meskipun itu sudah berlangsung hampir tiga dekade. Ia mengaku merasa mampu untuk menyembuhkan sendiri.
”Ada juga sih perasaan takut diketawain, kok takut sama donat? Selain itu, saya juga berpikir, toh cuma donat yang tidak bisa saya makan, masih banyak makanan lain. Jadi saya menganggapnya belum mengganggu,” kata Koko.
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.