Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanfaatan Ganja dalam Pengobatan dari Masa ke Masa

Kompas.com - 26/01/2016, 12:00 WIB
KOMPAS.com - Kepemilikan, penanaman, serta konsumsi ganja atau mariyuana (cannabis) dianggap ilegal di banyak negara. Padahal, tanaman ini sudah dipakai dalam dunia pengobatan selama ribuan tahun silam.

Ganja memang dianggap sebagai tanaman herbal oleh para tabib di zaman nenek moyang. Tanaman ini dianggap sebagai obat manjur untuk menghilangkan rasa nyeri hingga kecemasan.

Sejak zaman kuno, hemp (salah satu jenis tanaman ganja yang efeknya lebih ringan dari mariyuana) merupakan produk agrikultur yang dimanfaatkan untuk dipakai sebagai minyak, diambil bijinya, serta seratnya dipakai untuk membuat tali dan pakaian.

Tiongkok konon menjadi negara pertama yang memanfaatkan hemp. Tanaman ini ditanam untuk makanan dan juga manfaat lainnya. Dari negeri ini pula tanaman ganja sebagai obat diperkenalkan ke negara-negara lainnya. Ganja sebagai obat penghilang nyeri dan penyakit lainnya kemudian menyebar ke Asia sampai Timur Tengah dan Afrika.

Menurut legenda China, Kaisar Shen Neng (2737 SM) merupakan pemimpin yang secara resmi meresepkan teh mariyuana untuk pengobatan. Di masa itu ganja dipakai untuk menghilangkan nyeri dan mengobati berbagai kondisi, termasuk asma urat, rematik, malaria, dan daya ingat lemah.

Tapi dokter mengingatkan pasiennya untuk tidak menggunakannya secara berlebihan karena mereka percaya hal itu bisa membuat seseorang "melihat setan".

Berbeda dengan dunia Barat dan beberapa negara Asia seperti Tiongkok dan Jepang, sejak dahulu India paling dekat dengan penggunaan ganja, baik untuk pengobatan, upacara keagamaan, rekreasi, dan spritiual.

Tanaman ganja kerap dicampurkan dalam minuman istimewa untuk memunculkan rasa senang dan juga efek pengobatan. Salah satu minuman populer adalah bhang, campuran dari pasta ganja (dibuat dari daun dan tunas), susu, rempah, dan ghee.

Minuman ini dianggap memiliki khasiat menghilangkan kecemasan. Selain itu bhang juga menjadi obat untuk menyembuhkan demam, disentri, gangguan pencernaan, serta membuat kita lebih awas.

Abad pertengahan

Selama abad pertengahan, ganja merupakan obat yang sangat populer di Timur Tengah. Karena wine dilarang dalam Islam, banyak Muslim yang akhirnya merokok hashish (kata Arab untuk mariyuana), yang juga disebut sebagai "rumput". Orang-orang Arab juga memanfaatkan ganja dalam pengobatan.

Di abad pertengahan, bangsa Eropa menggunakan ganja untuk mengobati tumor, batuk, dan penyakit kuning. Yang menarik, para tabib dan herbalis di masa itu telah memperingatkan bahaya ganja jika dipakai berlebihan, antara lain bisa menyebabkan kemandulan dan bahaya lainnya.

Memasuki era tahun 1500-an, orang Spanyol membawa ganja ke Amerika Utara. Tetapi selama kolonialisme hanya hemp yang dimanfaatkan dalam industri maritim, yakni untuk baju, kertas, atau pun tali.

Zaman modern

Di akhir tahun 1700-an di jurnal medis Amerika telah dituliskan penggunaan biji hemp dan akarnya untuk mengatasi masalah kesehatan, termasuk peradangan kulit dan kehilangan kesadaran.

Karena semakin banyak orang yang kecanduan heroin, opium, dan morfin, tahun 1906 badan pengawas obat dan makanan AS (FDA) mengeluarkan aturan penggunaan ganja. Pada saat itu yang diatur ketat adalah opium dan morfin, sementara mariyuana tidak.

Tetapi di tahun 1914 penggunaan tanaman ganja sebagai obat dianggap sebuah kejahatan. Walau begitu ganja masih dipakai untuk tujuan pengobatan.

Pada tahun 1970-an mariyuana diketegorikan sebagai zat berbahaya dan tidak boleh dipakai untuk pengobatan. Walau berbagai jurnal medis menyebutkan manfaat medis ganja, tapi pemerintah AS tetap melarangnya.

Pada pertengahan tahun 2015, 23 negara bagian di AS melegalkan penggunaan ganja dalam dunia medis, tapi hanya untuk orang dengan kondisi medis tertentu.

Ganja diperbolehkan untuk anak-anak yang menderita epilepsi atau untuk menghilangkan efek samping kemoterapi pada pasien kanker. Di beberapa negara bagian juga mengijinkan pemakaian ganja untuk pasien HIV/AIDS, Parkinson, atau multiple sclerosis.

Meski riset mengenai ganja sangat terbatas karena pembatasan pemakaian tanaman ini sebagai obat, studi-studi terbaru berhasil mengeksplorasi aspek pengobatan dari mariyuana, khususnya untuk penyakit terkait fungsi otak.

Misalnya saja studi tahun 2015 menyimpulkan ganja efektif mengatasi skizofrenia. Penelitian juga mengungkapkan tanaman ini membantu memulihkan tulang yang retak, menghentikan kejang yang berat, bahkan mengobati migrain.

Di negara bagian AS yang melegalkan peresepan mariyuana hampir 90 persen yang menggunakannya mengaku gangguan penyakit mereka berkurang. Jika dilihat dari sejarah penggunaannya yang panjang dalam dunia pengobatan, kemungkinan mereka memang benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com