KOMPAS.com - Terapi radiasi atau radioterapi merupakan salah satu pengobatan konvensional untuk kanker, selain kemoterapi dan operasi. Sekitar 60 persen pasien kanker di Indonesia membutuhkan terapi ini.
Terapi radiasi dilakukan untuk beberapa tujuan, antara lain mengecilkan ukuran tumor sebelum dioperasi, mengobati kanker, mencegah kanker muncul kembali, serta mengurangi nyeri akibat kanker, sehingga kualitas hidup pasien meningkat.
"Sebelum dilakukan terapi radiasi yang penting adalah penentuan karakter dari kanker tersebut, apakah berespons baik terhadap terapi radiasi atau tidak,” ujar dr. Denny Handoyo Kirana, Sp.Onk.Rad (K), dokter spesialis onkologi radiasi dari RS Siloam MRCCC Jakarta.
Ia menjelaskan, radioterapi merupakan pengobatan yang lebih fokus dan tertarget dibanding pengobatan lainnya, sebab metode ini secara tepat hanya menyerang area kanker, serta menghidnari organ sehat yang berada di sekitarnya.
"Ini jadi keunggulan dari terapi radiasi dibanding metode pengobatan lainnya," ujarnya.
Baca juga: Belajar dari Kate Middleton, Ini Cara Menjelaskan Kanker ke Anak
Sebelum dilakukan terapi radiasi, dokter spesialis onkologi radiasi akan mengambil gambar pasien untuk penentuan titik target dan perencanaan radiasi, termasuk dosis radiasi yang diperlukan hingga frekuensinya.
Menurut dr.Denny ada dua jenis terapi radiasi, yaitu radiasi eksternal dan internal.
"Terapi radiasi eksternal menggarahkan sinar radiasi ke area tubuh yang terkena kanker dari luar tubuh. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan mesin radiasi yang bergerak di sekitar tubuh pasien," paparnya.
Sementara itu terapi radiasi internal atau brachytherapy menggunakan metode sumber radiasi di dekat kanker atau dalam tubuh pasien. Metode ini terutama digunakan untuk mengobati kanker pada kanker serviks, prostat, kepala, dan leher.
Grup RS Siloam, terutama yang khusus melayani kanker seperti MRCCC dan Siloam Agora termasuk layanan kesehatan yang memiliki teknologi radioterapi dengan alat yang canggih dan akurat, yaitu Linear Accelerator dan brachytherapy.
Dengan tersedianya layanan radiasi tersebut, MRCCC dapat melayani lebih dari 36.000 terapi radiasi per tahunnya untuk pasien kanker.
Baca juga: Akses Layanan Radioterapi Kanker Perlu Ditingkatkan
Efek samping radioterapi
Setiap pengobatan tentu memiliki risiko efek samping, termasuk terapi radiasi.
"Efek sampingnya ada yang jangka pendek dan jangka panjang atau muncul di atas 6 bulan," kata dr.Denny.
Efek samping jangka pendek radioterapi meliputi mual dan muntah (terutama pada pasien yang mendapat radiasi di area perut dan pencernaan), rambut rontok, perubahan warna kulit yang terkena radiasi menjadi kemerahan.
Sedangkan efek samping jangka panjang bisa berupa perubahan pada organ yang terkena radiasi, serta perubahan pada organ reproduksi atau kesuburan.
Untuk mengurangi efek samping radioterapi, pasien disarankan cukup istirahat, makan makanan bergizi, serta menghindari paparan sinar matahari.
Baca juga: Deteksi Dini Kanker Payudara Gratis untuk 50.000 Wanita
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.