Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2016, 20:35 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sambil menggenggam sehelai tisu, sesekali Pupur mengusap matanya yang sedikit berair. Malam itu Pupur tak terlalu bersemangat karena teman baiknya, Faiz sedang pulang ke Pontianak, Kalimantan Barat, seusai menjalani kemoterapi.

Namun, Pupur tetap semangat untuk ikut lomba 17 Agustus di Rumah Anyo bersama kakak-kakak dari komunitas yang hobi traveling.

“Aku bisa lomba masukin paku ke botol, lomba nangkap abelut, atau lomba makan kerupuk. Kalau lomba balap karung aku enggak bisa, soalnya lompat-lompat,” kata Pupur sambil tertawa kecil.

Pupur adalah nama panggilan dari Muhammad Furqon (12), bocah asal Serang, Banten, yang didiagnosis Desmoplastic Small Round Cell Tumor (DSRCT). Meski dengan kondisi di tulang pipi kanan yang menonjol dan matanya yang sudah tak bisa melihat jelas, Pupur tetap suka bermain seperti anak seusianya. Sehari-hari, Pupur yang mengidolakan artis Aliando Syarief itu sangat suka main Lego.

“Tapi kalau mulai pusing, dia berhenti main Lego, lalu tidur. Nanti bangun sudah enakan, dia main lagi,” cerita ibu Pupur, Suroha (31).

Benjolan di tulang pipi itu cukup besar hingga menekan bagian mata kanan Pupur. Jarak pandang mata kanannya itu pun menjadi sekitar 13 cm. Sementara mata kirinya sudah sulit melihat.

Mengenai jenis kanker pada Pupur, Suroha sendiri sulit menyebutkanya. Singkatnya adalah DSRCT, yaitu jenis kanker yang sangat langka. ”Pokoknya kanker bandel. Kankernya itu katanya ada di akar paling dalam saraf,” kata Suroha.

Sering jatuh saat kecil

Suroha menceritakan, masalah kesehatan Pupur mulai muncul saat usia 7 atau 8 tahun. Saat itu Pupur sering tiba-tiba terjatuh. Kemudian, matanya kuning, sering BAB, dan perutnya bengkak. Suroha sadar ada yang tak beres dengan kesehatan Pupur.

Suatu ketika, dokter menyatakan ada tumor di perut Pupur yang harus dioperasi. Tumor itu beratnya mencapai 4 kg. Suroha dan suaminya akhirnya menjual rumah untuk membiayai operasi pada perut Pupur senilai Rp 45 juta.

“Operasinya di rumah sakit swasta, enggak pakai BPJS. Jadi ya, udah, semua Rp 45 juta dikasih untuk operasi perut doang,” cerita Suroha.

dok. Yayasan Anyo Indonesia Pasien kanker anak Muhammad Furqon (12) atau yang biasa dipanggil Pupur foto bersama artis idolanya, Aliando Syarief.
Kondisi Pupur sempat membaik, tapi kemudian kembali memburuk. Saat usia 10 tahun, Pupur pernah mengalami muntah darah, bahkan pendarahan di hidung. Tak terhitung berapa kali Pupur bolak-balik ke Puskesmas dan rumah sakit di Serang, baik rumah sakit swasta maupun pemerintah daerah.

Hingga akhirnya, Pupur didiagnosis kanker dan tim medis di Serang merujuk Pupur ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

“Dokter di Serang semua sudah angkat tangan. Katanya kankernya sudah menyebar. Pupur sudah enggak bisa diapa-apain. Tapi ke Jakarta saya bingung tinggal sama siapa. Dokter di Serang dan perawat akhirnya nganterin ke Jakarta,” kenang Suroha.

Benjolan muncul di sejumlah bagian tubuh Pupur. Suroha sempat putus asa dan meninggalkan pengobatan medis, lalu beralih ke pengobatan alternatif. Namun, selama 8 bulan, kondisi Pupur malah bertambah parah. Bengkak di perutnya pun membesar. Padahal ia telah menghabiskan Rp 6-7 juta untuk berobat alternatif.

Pekerjaan suami sebagai kuli bangunan tak cukup membayar biaya pengobatan. Suroha pun sudah menjual 10 gram emas dan cincinnya, serta sering pinjam uang sana-sini.

Suroha kemudian kembali ke Jakarta dan Pupur berobat di RS Dharmais. Pengobatan pertama selama 4 bulan berjalan lancar dengan biaya ditanggung BPJS Kesehatan. Kondisi Pupur pun membaik. Suroha terus menemani Pupur di Jakarta dan rela meninggalkan adik Pupur yang masih balita. Akan tetapi, rasa pilu itu belum berakhir.

“Dokter di sini (Jakarta) juga bilang Pupur sudah enggak bisa diapa-apain.  Katanya ‘kita bersabar saja sambil berdoa. Ibu berdoa, kami berusaha.’ Dokter bilang, hidupnya tinggal 25 persen lagi,” ucap Suroha dengan mata berkaca-kaca.

Dian Maharani/Kompas.com Muhammad Furqon atau Pupur (12) dan ibunya, Suroha (31) di Rumah Anyo.
Semangat Pupur yang ingin jadi ustaz dan profesor

Akibat penyakitnya itu, Pupur yang juga menggemari artis Ricky Harun itu terpaksa meninggalkan sekolah saat duduk di kelas 5 SD. Selama perawatan di Dharmais, Pupur setidaknya sudah menjalani 15 siklus kemoterapi dan 10 kali radioterapi.  Semangat yang kuat membawa Pupur terus menikmati hidupnya hingga saat ini.

Menurut Suroha, semangat Pupur menggelora sejak tinggal di Rumah Anyo atau Yayasan Anyo Indonesia, yang terletak di seberang RS Dharmais itu. Di Rumah Anyo, Pupur bertemu dengan anak-anak pasien kanker lainnya, meski tak ada satu pun anak dengan jenis kanker yang sama seperti Pupur.

Ketika Pupur sempat kritis, teman-temannya, ibu pengasuh, dan para ibu anak-anak pasien ikut memberi dukungan. Terhitung sudah 2 tahun 2 bulan Pupur dan Suroha tinggal di rumah singgah bagi pasien kanker anak ini.

“Pokoknya semangatnya itu ada di sini (Rumah Anyo). Di sini membantu banget waktu dia proses bangkit. Dia mulai bangkit lagi pelan-pelan sampai sekarang itu, ya di Rumah Anyo.  Dia pernah bilang mau sampai mati di Rumah Anyo,” ucap Suroha.

Pupur pun memendam cita-cita menjadi ustaz dan juga profesor. Menurut Suroha, Pupur tak mau jadi dokter karena biaya sekolahnya akan sangat mahal dan membebani orangtuanya. Suroha akan terus berdoa dan berusaha untuk kesembuhan dan kebahagiaan Pupur.

“Ini sudah rezeki dari Allah. Dikasih ujian ya dijalani saja. Yang penting sekarang anak saya senang.  Tetap berharap Pupur bisa merdeka dari kanker,” ucap Suroha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com