KOMPAS.com - Androgen sering disebut sebagai "hormon pria", walau demikian pria dan wanita sama-sama menghasilkan hormon ini hanya saja dalam kadar yang berbeda.
Wanita hanya membutuhkan androgen dalam jumlah sangat sedikit, yaitu satu persen. Kelebihan hormon tersebut memicu berbagai gangguan.
Dalam tubuh wanita, androgen diproduksi oleh kelenjar adrenal dan indung telur. Hormon ini berperan penting dalam terjadinya pubertas, pertumbuhan rambut kelamin, hingga dorongan seksual.
Menurut penjelasan dr.Budi Wiweko, SpOG(K) atau biasa disapa dr.Iko, kelebihan hormon androgen akan menyebabkan berbagai gejala klinis yang disebut dengan PCOS (polycystic ovary syndrome).
Gejalanya antara lain muncul rambut di bagian tubuh yang biasanya tidak ditumbuhi rambut, jerawat yang sulit sembuh, kebotakan, kegemukan, dan siklus menstruasi tidak teratur atau haid cuma beberapa bulan sekali.
"Wanita yang mengalami PCOS biasanya baru mengetahui kondisinya karena sulit hamil atau gangguan haid," kata Iko.
Sekitar 10 persen wanita beresiko memiliki PCOS. Faktor yang memperbesar risiko ini antara lain karena faktor genetik, hipotiroid, dan kegemukan.
PCOS jangan diabaikan karena bisa berdampak serius bagi kesehatan, antara lain obesitas, hipertensi, hingga penyakit diabetes.
"PCOS biasanya diatasi dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung antiandrogen. Pada umumnya pil itu harus dikonsumsi dalam jangka panjang," ujarnya.
Iko mengatakan, pemberian pil kontrasepsi itu juga bisa diberikan pada remaja yang juga mengalami hiperandrogen.