KOMPAS.com - Margaret Chan, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada World Health Assembly 2014 menyampaikan bahwa hari ini berbagai produk makanan melalui proses distribusi lintas negara.
Karena perjalanan panjang itu, konsumen diminta teliti terhadap asupan makanan serta tidak sembarangan dalam proses memasaknya.
Pasalnya, perjalanan bahan makanan untuk sampai di piring saji memiliki risiko besar terkontaminasi virus dan terpapar senyawa kimia. Hal ini berlaku baik pada makanan tradisional di pasar atau hasil olahan industri.
Buah atau sayuran boleh jadi masih mengandung residu pestisida, sedangkan daging hewan dapat terkena bakteri salmonela. Keduanya membutuhkan cara pengolahan tertentu hingga matang agar zat pencemar benar-benar hilang.
Dilansir Kompas.com pada 2015, terdapat sekitar 200 kejadian luar biasa keracunan makanan di Indonesia setiap tahun. Penyakit yang paling sering diderita adalah diare, tifus, dan disentri.
Selain cermat dalam pengolahan, konsumen sebaiknya juga memperhatikan asupan gizi mereka. Makan sebaiknya tidak sekadar kenyang, tetapi juga memenuhi kebutuhan nutrisi dan menjaga kesehatan tubuh.
Setiap penyajian, konsumen juga sebaiknya memperhatikan kandungan gula. Makanan dan minuman bergula cenderung mengandung lebih banyak kalori yang mengakibatkan pada kegemukan dan kerusakan gigi.
Tak hanya itu, asupan garam pun hendaknya dikurangi. Terlalu banyak garam berpotensi meningkatkan tekanan daran tinggi dan dapat menyebabkan penyakit jantung atau stroke.
Kedua kandungan di atas sering kali tanpa sadar dikonsumsi melalu makanan kemasan. Maka dari itu, konsumen pun layak hati-hati memilih bahan makanan cepat saji.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.