Hal itu berdasarkan pengalamannya sendiri saat putranya didiagnosis penyakit Duchenne Muscular Dystrophy.
Penyakit langka mirip yang diidap ilmuwan Steven Hawking ini membuat pengidapnya secara bertahap kehilangan fungsi otot.
Setelah berkonsultasi dengan mentornya, dia pun mencoba mempraktikkan berterima kasih dalam situasi sulit tersebut.
"Aku tidak akan bohong. Aku marah. Aku sudah bersyukur untuk banyak hal dalam hidup. Tapi tidak manjur," kisahnya.
Baca juga: Hindari Penuaan Dini dengan Bersyukur
Sang mentor menyebut cara Sethi bersyukur keliru. Dia lantas disarankan menyukuri penyakit putranya, bukan hidup atau perkara lainnya.
Saran tersebut awalnya membuat Sethi semakin marah. Namun, mentornya memaksa agar dia duduk di samping pembaringan putranya.
Gejala sembelit penting dikenali untuk mendukung upaya diagnosis dini dan pengobatan sesegera mungkin gangguan pencernaan ini.
Setiap malam, setelah putranya tertidur, dia disarankan mengucap terima kasih atas penyakit tersebut.
Walaupun enggan, Sethi dipaksa mengerjakannya. Terkadang, dia melakoninya sembari menangis.
Dalam tangis, dia berucap, "Terima kasih atas penyakit ini. Terima kasih untuk hidup. Terima kasih atas jalan ini".
Seiring berjalannya waktu, Sethi menyadari dirinya duduk di samping pembaringan tersebut lebih lama sambil mengusap kepala anaknya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.