Saat pertunjukan kembang api, kadar partikulat debu (suspended particulate matters/SPM), seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, sampai hidrokarbon meningkat drastis.
Ibu hamil, anak-anak, dan pengidap asma kronis, merupakan golongan paling rentan terpapar polutan tersebut.
3. Sakit tenggorokan, hidung, dan mata
Tingginya kadar pencemaran udara selama pertunjukan kembang api dapat mengganggu kesehatan tenggorokan, hidung, dan mata.
Terkadang, paparan polutan tersebut juga dapat menyebabkan sakit kepala dan membuat orang tidak bisa berpikir jernih.
Dampak terpapar zat berbahaya dari kembang api jadi lebih parah pada orang dengan gangguan jantung, pernapasan, dan sistem saraf.
Selain itu, dampaknya juga tidak baik bagi orang yang memiliki alergi dingin dan batuk.
Kedua golongan ini rentan terserang ederma tenggorokan dan sesak napas.
Baca juga: Serba-serbi Tahun Baru, dari Dispensasi STNK hingga Larangan Pesta Kembang Api
4. Polusi suara
Kebisingan dari desing suara kembang api yang memekakkan telinga juga punya efek berbahaya bagi tubuh.
Telinga kita umumnya dapat menoleransi tingkat kebisingan standar 60 desibel pada siang hari, dan 50 desibel pada malam hari.
Kembang api yang suaranya terkadang mirip ledakan keras, intensitas suaranya mencapai 140 desibel.
Kebisingan di atas 85 desibel dapat merusak pendengaran.
Selain itu, peningkatan intensitas suara ekstrem dapat memicu kegelisahan, gangguan pendengaran sementara atau permanen, tekanan darah tinggi, dan gangguan tidur.
5. Gangguan saluran pernapasan
Paparan asap dan debu mikro kembang api juga dapat menyebabkan masalah di saluran pernapasan. Antara lain: