Namun, ada beberapa teori pendukung yang mengaitkan kebiasaan marah dengan gejala penderita hipertensi, antara lain:
1. Sulit mengendalikan stres
Para ahli menyebut orang yang memiliki tekanan darah tinggi cenderung sulit mengendalikan sters.
Dalam sebuah penelitian di jurnal Psychosomatic Medicine, cepat marah merupakan respons otak yang terganggu hipertensi.
Hal ini membuat otak mengeluarkan dorongan amarah sebagai responsnya.
Namun, teori ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
Terutama kaitan gangguan respons otak dan pengelolaan emosi yang disebabkan penyakit darah tinggi.
Baca juga: Agar Tak Jadi Komplikasi, Ini 6 Penanganan Hipertensi yang Tepat
2. Pengaruh obat hipertensi
Penderita hipertensi biasanya mengonsumsi obat untuk menjaga tekanan darah tetap normal.
Dalam beberapa riset disebutkan, obat yang dikonsumsi para penderita hipertensi berisiko menimbulkan efek samping memengaruhi suasana hati.
Salah satu efek sampingnya, penderita penyakit darah tinggi gampang marah.
Gagasan ini dibenarkan penelitian yang diterbitkan dalam Hypertension Journal Report.
Penelitian tersebut menyebut, obat-obatan darah tinggi dapat mengganggu kinerja pengelolaan stres dan emosi di otak.
Beberapa jenis obatan-obatan yang bisa memengaruhi suasana hati, antara lain: