Modal sosial tersebut penting untuk membantu menghadapi masa tua.
Seni tak hanya terbukti membuat para penikmatnya panjang umur.
Studi lain menunjukkan, berkesenian dapat membantu pengidap depresi dan kegelisahan, sampai penderita kanker.
Melansir Harvard Health Publishing, penderita demensia atau penyakit gangguan ingatan dan berpikir masih bisa menciptakan karya seni, kendati tak mampu lagi berbicara dan berbahasa.
Penelitian juga menunjukkan, membuat seni visual seperti gambar, ilustrasi, lukisan, mewarnai, dan sebagainya, dapat mengurangi stres orang yang sedang sakit.
Baca juga: Kerja dari Rumah, Lebih Baik atau Buruk buat Kesehatan?
Sejumlah terapis di Massachusett General Hospital, AS, menyediakan cat akrilik sampai iPad untuk membantu pasien kanker sampai alzheimer.
"Dengan berkesenian, orang-orang sakit merasa senang dan waktu berlalu lebih cepat," kata Megan Carleton, ahli terapi seni di Massachusett General Hospital.
Menurutnya, seni juga membantu pasien penyakit berat melewati masa-masa sulit, termasuk menghadapi kematian.
Carleton biasanya membantu pasien membuat kalung, menulis buku, membuat video, sampai membuat kotak untuk menyalurkan ekspesi kemarahan pasien.
"Seni membantu pasien menghadapi akhir kehidupan dengan cara lebih damai," jelasnya.
Seni juga dapat bermanfaat untuk para orang lansia yang berusia di atas 70 tahun.
Hal itu berdasarkan Riset dari Mayo Clinic Study of Aging (2017).
Para orang lansia yang membuat kerajinan terbukti lebih jarang terkena gangguan kognitif (penurunan daya ingat dan berpikir), bila dibandingkan orang yang hanya membaca buku.
Studi lain di Jerman pada 2014 lalu juga menunjukkan, pensiunan yang melukis atau memahat, penalaran dan emosinya lebih baik daripada cuma menikmati seni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.