3. Masalah endokrin
Kondisi tiroid, insufisiensi adrenal (penyakit Addison) dan gula darah rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.
Sama seperti diabetes, kondisi tersebut dapat merusak saraf yang bertugas membantu mengirim sinyal pengaturan tekanan darah.
4. Gangguan sistem saraf
Beberapa gangguan sistem saraf, seperti penyakit Parkinson, atrofi sistem multipel, demensia tubuh Lewy, kegagalan otonom murni, dan amiloidosis, dapat mengganggu sistem pengaturan tekanan darah normal tubuh.
5. Setelah makan
Beberapa orang mengalami tekanan darah rendah setelah makan (hipotensi postprandial). Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
Faktor risiko hipotensi ortostatik meliputi:
1. Usia
Hipotensi ortostatik umum terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
Sel-sel khusus (baroreseptor) di dekat arteri jantung dan leher yang mengatur tekanan darah dapat melambat seiring pertambahan usia.
Mungkin juga lebih sulit bagi jantung yang menua untuk berdetak lebih cepat dan mengimbangi penurunan tekanan darah.
2. Obat-obatan
Obat-obatan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau penyakit jantung dapat meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.
Baca juga: 3 Jenis Makanan untuk Mempercepat Penyembuhan Demam Berdarah (DBD)
Bukan hanya itu, obat yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit Parkinson, antidepresan tertentu, antipsikotik tertentu, pelemas otot, disfungsi ereksi dan narkotika juga bisa memicu terjadinya hipotensi ortostatik.
3. Penyakit tertentu
Beberapa kondisi jantung, seperti masalah katup jantung, serangan jantung dan gagal jantung dapat meningkatkan risiko tekanan darah rendah.
Gangguan sistem saraf tertentu, seperti penyakit Parkinson dan penyakit yang menyebabkan kerusakan saraf (neuropati), seperti diabetes, juga dikatakan dapat memicu hipotensi ortostatik.
4. Paparan panas
Berada di lingkungan yang panas dapat menyebabkan keringat berat dan kemungkinan dehidrasi, yang dapat menurunkan tekanan darah dan memicu hipotensi ortostatik.