KOMPAS.com - Pernahkah Anda tiba-tiba merasa pusing setelah berdiri dari tempat duduk atau dari posisi jongkok?
Jika pernah, hal itu bisa jadi normal.
Rasa pusing yang muncul disebabkan oleh sebuah kondisi yang disebut hipotensi ortostatik.
Hipotensi ortostatik atau bisa juga disebut hipotensi postural dapat dimaknai sebagai penurunan tekanan darah mendadak.
Bukan hanya pening atau pusing, hipotensi ortostatik bahkan bisa menyebabkan seseorang pingsan setelah berdiri tiba-tiba dari duduk atau baringan.
Baca juga: Dapatkah Gejala Demam Berdarah (DBD) Disertai Batuk Pilek?
Berikut ini tanda atau gejala lebih lengkap yang mungkin terjadi saat terjadi hipotensi ortostatik:
Gejala yang paling umum terjadi adalah sakit kepala ringan atau pusing ketika seseorang berdiri setelah duduk atau berbaring. Gejala tersebut biasanya hanya berlangsung kurang dari beberapa menit.
Namun, bisa juga ditemukan gejala hipotensi ortostatik yang tak kunjung reda seperti pusing jangka panjang dan pingsan.
Jika terjadi hal demikian, seseorang disarankan segera berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya, hipotensi ortostatik kronis biasanya merupakan tanda adanya masalah kesehatan lain yang lebih serius.
Saat seseorang berdiri, gravitasi menyebabkan darah berkumpul di kaki dan perut. Ini kemudian mengurangi tekanan darah karena ada lebih sedikit darah yang bersirkulasi kembali ke jantung.
Biasanya, sel-sel khusus (baroreseptor) di dekat jantung dan arteri leher merasakan tekanan darah rendah.
Baca juga: 7 Fakta Penting tentang Demam Berdarah (DBD)
Baroreseptor lantas mengirim sinyal ke pusat-pusat di otak untuk memerintahkan jantung berdetak lebih cepat dan memompa lebih banyak darah guna menstabilkan tekanan darah.
Hipotensi ortostatik terjadi ketika ada sesuatu yang mengganggu proses alami tubuh dalam melawan tekanan darah rendah.
Hipotensi ortostatik juga bisa disebabkan oleh hal lain, seperti:
1. Dehidrasi
Demam, muntah, tidak minum cukup cairan, diare berat dan olahraga berat dengan keringat berlebih dapat menyebabkan dehidrasi yang menurunkan volume darah.
Dehidrasi ringan dapat menyebabkan gejala hipotensi ortostatik, seperti kelemahan, pusing dan kelelahan.
2. Masalah jantung
Beberapa kondisi jantung seperti denyut jantung yang sangat rendah (bradikardia), masalah katup jantung, serangan jantung dan gagal jantung diketahui dapat menyebabkan tekanan darah rendah.
Baca juga: 3 Jenis Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Penderita Demam Berdarah (DBD)
Kondisi itu diketahui bisa mencegah tubuh merespon dengan cepat untuk memompa lebih banyak darah saat berdiri.
3. Masalah endokrin
Kondisi tiroid, insufisiensi adrenal (penyakit Addison) dan gula darah rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.
Sama seperti diabetes, kondisi tersebut dapat merusak saraf yang bertugas membantu mengirim sinyal pengaturan tekanan darah.
4. Gangguan sistem saraf
Beberapa gangguan sistem saraf, seperti penyakit Parkinson, atrofi sistem multipel, demensia tubuh Lewy, kegagalan otonom murni, dan amiloidosis, dapat mengganggu sistem pengaturan tekanan darah normal tubuh.
5. Setelah makan
Beberapa orang mengalami tekanan darah rendah setelah makan (hipotensi postprandial). Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
Faktor risiko hipotensi ortostatik meliputi:
1. Usia
Hipotensi ortostatik umum terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
Sel-sel khusus (baroreseptor) di dekat arteri jantung dan leher yang mengatur tekanan darah dapat melambat seiring pertambahan usia.
Mungkin juga lebih sulit bagi jantung yang menua untuk berdetak lebih cepat dan mengimbangi penurunan tekanan darah.
2. Obat-obatan
Obat-obatan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau penyakit jantung dapat meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.
Baca juga: 3 Jenis Makanan untuk Mempercepat Penyembuhan Demam Berdarah (DBD)
Bukan hanya itu, obat yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit Parkinson, antidepresan tertentu, antipsikotik tertentu, pelemas otot, disfungsi ereksi dan narkotika juga bisa memicu terjadinya hipotensi ortostatik.
3. Penyakit tertentu
Beberapa kondisi jantung, seperti masalah katup jantung, serangan jantung dan gagal jantung dapat meningkatkan risiko tekanan darah rendah.
Gangguan sistem saraf tertentu, seperti penyakit Parkinson dan penyakit yang menyebabkan kerusakan saraf (neuropati), seperti diabetes, juga dikatakan dapat memicu hipotensi ortostatik.
4. Paparan panas
Berada di lingkungan yang panas dapat menyebabkan keringat berat dan kemungkinan dehidrasi, yang dapat menurunkan tekanan darah dan memicu hipotensi ortostatik.
5. Istirahat terlalu lama
Jika harus tinggal lama di tempat tidur karena suatu penyakit, Anda mungkin menjadi lemah.
Ketika mencoba berdiri, Anda mungkin mengalami hipotensi ortostatik.
6. Kehamilan
Karena sistem peredaran darah meluas dengan cepat selama kehamilan, tekanan darah cenderung turun. Ini normal, dan tekanan darah biasanya kembali ke tingkat pra-kehamilan setelah proses melahirkan.
7. Konsumsi alkohol
Minum alkohol dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipotensi ortostatik.
Hipotensi ortostatik yang persisten dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada lansia.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Stroke Ringan Bisa Merusak Otak
Berikut beberapa di antaranya:
1. Terjatuh
Jatuh akibat pingsan (sinkop) adalah komplikasi umum pada orang dengan hipotensi ortostatik.
2. Stroke
Perubahan tekanan darah ketika Anda berdiri dan duduk sebagai akibat dari hipotensi ortostatik dapat menjadi faktor risiko untuk stroke karena berkurangnya pasokan darah ke otak.
3. Penyakit kardiovaskular
Hipotensi ortostatik dapat menjadi faktor risiko untuk penyakit dan komplikasi kardiovaskular, seperti nyeri dada, gagal jantung, atau masalah irama jantung.
Melansir Havard Health Publishing, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan akibat hipotensi ortostatik. Cara tersebut mengacu pada faktor penyebab kondisi itu bisa terjadi.
Berikut solusinya: