KOMPAS.com - Pemenuhan gizi optimal anak pada dua tahun pertama ditopang oleh air susu ibu (ASI).
Belakangan, banyak orangtua mengandalkan ASI yang diperah untuk memenuuhi kebutuhan asupan si kecil.
Agar tetap aman dikonsumsi bayi, cara menyimpan dan menghangatkan ASI perah (ASIP) tidak bisa sembarangan.
Baca juga: Ibu Menyusui Jangan Cemas Hasil ASI Perah Sedikit, Coba Tips Berikut
Melansir dari Buku Pintar ASI dan Menyusui (2014) oleh F.B. Monika, ASI perah bisa rusak karena proses pemerahan dan penyimpanan yang tidak higienis.
ASI perah yang sudah rusak ditandai dengan bau tengik dan asam yang menyengat, seperti susu sapi yang sudah basi.
Selain itu, ciri ASI basi lainnya adalah tampilan ASI jadi berserabut dan tampak seperti nanah.
Melansir Mayo Clinic, daya tahan ASI perah sangat tergantung pada metode penyimpanan. Antara lain:
Baca juga: Apakah Ibu Menyusui Boleh Minum Kopi?
Kendati ada beberapa rentang waktu aman penyimpanan ASI perah, Anda perlu mempertimbangkan semakin lama ASI disimpan, kandungan vitamin C-nya bisa turun.
Pemadaman listrik atau mati lampu menjadi hal yang paling dikhawatirkan orangtua yang memberikan ASI perah pada bayinya.
Terlebih jika lamanya waktu pemadaman listrik tak menentu. Hal itu dikhawatirkan rentan membuat tabungan ASI perah rusak.
Baca juga: MPASI Tunggal dan 4 Bintang, Mana yang Lebih Baik?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.