KOMPAS.com - Epilepsi fotosensitif adalah kondisi kejang-kejang karena dipicu kedipan lampu atau pola cahaya dan gelap yang kontras.
Melansir laman resmi Epilepsy Society, saat melihat kilatan cahaya kontras dan berulang, orang normal maupun pengidap epilepsi fotosensitif, sama-sama merasa tidak nyaman.
Namun, untuk memutuskan seseorang mengidap epilepsi fotosensitif atau tidak, Anda perlu dites EEG (electroencephalogram).
Tes EEG bekerja dengan cara merekam aktivitas otak. Hasil tes dapat mendeteksi kelainan pada sistem kelistrikan otak.
Baca juga: Orangtua, Ini Alasan Anak Sebaiknya di Rumah Saja saat Wabah Corona
Pengidap epilepsi fotosensis bisanya mengalami kejang-kejang yang spesifik disebut tonic-clonic.
Kejang-kejang tersebut berlangsung tidak lebih dari lima menit, disertai gejala berikut:
Ketika kejang berakhir, otot-otot orang yang mengalami epilepsi fotosensitif akan kembali rileks dan kesadarannya berangsur-angsur pulih.
Namun pasien biasanya merasa bingung, lelah, sakit kepala, sampai hilang ingatan sementara.
Waktu pemulihan setelah kejang-kejang bagi pasien epilepsi fotosensitif bervariasi. Ada yang bisa kembali beraktivitas normal, namun ada juga yang butuh istirahat.
Baca juga: Beda Gejala Tuberkulosis pada Anak-anak dan Orang Dewasa
Melansir WebMD, epilepsi umumnya disebabkan kejang karena aktivitas listrik abnormal di otak.
Epilepsi bisa dipicu gangguan syaraf otak, keseimbangan neurotransmiter (pembawa pesan kimiawi di otak) terganggu, atau kombinasi keduanya.
Sedangkan untuk kasus epilepsi fotosensitif, terdapat peran genetika.
Kebanyakan pengidap epilepsi fotosensitif adalah anak-anak dan remaja berusia 7-19 tahun.
Anak perempuan lebih sering terkena epilepsi fotosensitif ketimbang anak laki-laki. Namun pengidap dari kalangan anak laki-laki lebih sering kejang-kejang.
Pemicu kejang-kejang pada pengidap epilepsi fotosensitif bisa karena kilatan cahaya, gelap terang yang kontras, kedipan cahaya terang dengan latar sangat gelap, dan warna spesiifik.
Baca juga: 5 Cara Mencegah Pneumonia yang Rentan Serang Anak-anak dan Lansia
Dalam keseharian, pengidap epilepsi fotosensitif bisa kejang-kejang karena:
Orang-orang dengan epilepsi fotosensitif juga berisiko kejang-kejang dalam kondisi lelah, stres, mabuk, atau menatap layar terlalu lama tanpa istirahat.
Baca juga: 5 Gejala Diabetes pada Anak, Tak Hanya Diderita Orang Tua
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu meringankan gejala kambuh penderita epilepsi fotosensitif.
Begitu mendapati pengidap epilepsi fotosensitif kambuh, kita tidak mungkin seketika menghentikan kejang-kejang.
Namun kita bisa membantu menolong mereka dengan cara berikut:
Baca juga: Awas, Anak Doyan Begadang Rentan Obesitas
Obat spesifik untuk menyembuhkan epilepsi fotosensitif memang belum tersedia.
Namun, obat anti-epilepsi yang diresepkan dokter dapat mengurangi frekuensi kejang-kejang.
Pengidap epilepsi fotosensitif juga dapat mengurangi kemungkinan kejang-kejang dengan menghindari penyebabnya.
Jika tidak sengaja kontak dengan pemicunya, pengidap epilepsi fotosensitif bisa menutup sebelah matanya dan menjauhkan kepalanya dari sumber gangguan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.