KOMPAS.com - Selama ini banyak orang beranggapan, penyakit diabetes mellitus atau kencing manis hanya diderita orang berusia di atas 40 tahun.
Lantas, apakah benar penyakit diabetes mellitus hanya diderita orang tua?
Prof. dr. Jose Rizal Latief Batubara, PhD, Sp.A(K) dari Divisi Endokrinologi Anak FKUI-RSCM menyebut, kadar gula tinggi bisa terjadi pada anak-anak sampai orang tua.
"Kejadian diabetes pada anak jumlahnya terus meningkat. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia," jelas Jose, melansir laman resmi Kementerian Kesehatan (15/11/2019).
Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 2018, angka kejadian diabetes mellitus pada anak usia nol sampai 18 tahun meningkat 700 persen dalam kurun waktu 10 tahun.
Baca juga: Anak Tidur Terpisah, Kapan Si Kecil Butuh Privasi?
Terdapat dua jenis penyakit kencing manis yang menyerang anak-anak. Yakni:
Sebagai informasi, insulin berfungsi mengontrol penggunaan gula dalam darah oleh otot, lemak, dan sel di tubuh.
Saat produksi insulin berkurang, kadar gula darah meningkat dan memicu gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Baca juga: Awas, Anak Doyan Begadang Rentan Obesitas
Kasus DM tipe-1 paling sering diderita anak-anak, penyebab umumnya karena faktor genetik.
Namun, belakangan, kasus DM tipe-2 juga meningkat. Penyebabnya, didominasi faktor kelebihan berat badan dan obesitas.
Sebelum penyakit tidak menular ini tidak berkembang menjadi komplikasi, ada baiknya orangtua mengenali gejala diabetes pada anak. Antara lain:
Tanda-tanda anak mengalami diabetes adalah gampang merasa lapar walaupun baru selesai makan.
Rasa lapar ini timbul karena jumlah insulin yang tidak memadai, sehingga gula tidak dapat diolah menjadi energi.
Baca juga: Bolehkah Mengompres Anak yang Demam dengan Air Dingin?
Selain lapar, anak yang mengidap diabetes juga terus-menerus merasa haus.
Hal itu juga dipengaruhi ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin. Akibatnya, tubuh jadi kekurangan cairan dan gampang haus.