Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Baiknya Konsumsi Kunyit dan Temulawak Saat Pandemi Covid-19?

Kompas.com - 19/04/2020, 18:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Pada pertengahan Maret 2020, media sosial sempat diwarnai dengan unggahan yang menyertakan hasil penelitian terkait kandungan kunyit dan temulawak.

Seorang ilmuan dari salah satu perguruan tinggi di Bandung lewat akun media sosialnya, menyatakan bahwa berdasarkan kajian dari artikel yang terbit di sebuah jurnal ilmiah, konusmsi kunyit dan temulawak akan meningkatkan suseptibilitas tubuh terhadap Covid-19.

Curcumin dalam rimpang kunyit dan temulawak disebut mampu meningkatkan ekspresi enzim ACE2 (Angiotensin-converting-enzyme2) yang merupakan reseptor dari Covid-19.

Baca juga: 8 Manfaat Temulawak Selain Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Unggahan itu diketahui sempat membuat bingung dan bahkan kepanikan bagi masyarakat. Pasalnya, banyak dari mereka yang sudah terlanjur mengonsumsi kunyit dan temulawak untuk mencegah infeksi virus corona.

Menanggapi kesimpangsiuran tersebut, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Balitbangkes, Kemenkes turut mencoba memberikan klarifikasi.

Curcumin tetap aman dikonsumsi

Kepala B2P2TOOT Tawangmangu, Karanganyar, Akhmad Saikhu, MSc. PH., menyatakan B2P2TOOT telah membuat laporan mengenai alasan curcumin tetap aman dikonsumsi di tengah pandemi Covid-19.

Laporan tersebut disusun oleh tim peneliti dari B2P2TOOT yang terdiri dari Yuli Widiyastuti, Danang Ardiyanto, Sari Haryanti, Zuraida Zulkarnain, dan Slamet Wahyono.

“Laporan ini juga sudah kami publikasikan untuk bisa dipahami masyarakat bersama,” kata Saikhu saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).

Dalam laporan itu, dijelaskan bahwa dalam sistem enzim renin-angiotensin, ACE2 berperan sebagai regulator negatif sehingga mampu menjaga fungsi kardiovaskular, ginjal, paru, fertilitas, dan usus.

Baca juga: 6 Jenis Tanaman Herbal untuk Cegah Infeksi Virus Corona

Penelitian menunjukkan, enzim ACE2 merupakan reseptor atau pintu masuk SARS-Cov-2.

Hal ini sempat membuat khawatir pengguna obat kardiovaskular yang termasuk dalam golongan penghambat enzim ACE (ACE inhibitors, ACEis) dan penghambat reseptor (angiotensin reseptor blockers, ARBs).

Hasil penelitian sebelumnya menyatakan penggunaan kedua jenis obat tersebut memang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim ACE2.

Namun, asosiasi profesional di berbagai negara memberikan respon bahwa bukti klinis yang mendukung kaitan peningkatan ACE2 dengan pandemi COVID-19 belum cukup kuat, sehingga pasien covid-19 yang juga mendapatkan pengobatan dengan obat-obat golongan ACEis dan ARBs tidak perlu menghentikan penggunaan obatnya.

Hal yang mirip terjadi dengan kekhawatiran penggunaan kunyit dan temulawak yang mengandung senyawa aktif curcumin.

Hasil penelitian Pang dkk., 2015, membuktikan bahwa curcumin dapat menjaga fungsi hati dengan menghambat fibrosis miokardial melalui modulasi sistem enzim renin-angiotensin dan meningkatkan ekspresi ACE2 pada hewan tikus.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau