KOMPAS.com - Kanker serviks pada seorang wanita biasanya tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan akumulasi dari berbagai faktor risiko.
Keberadaan kanker jenis ini juga sering kali baru terdeteksi setelah kondisinya cukup parah.
Pada umumnya, wanita yang memiliki lesi pra-kanker atau kanker serviks stadium awal, tak akan merasakan keluhan apapun.
Keluhan kerap kali baru timbul saat kanker sudah mulai bersifat invasif dan menyerang jaringan atau organ tubuh lain di sekitarnya.
Oleh karena itu, penting kiranya bagi para wanita atau siapa saja mengenali gejala kanker serviks sebagai langkah antisipasi penyakit makin parah.
Baca juga: Kanker Serviks: Gejala, Penyebab, dan Cara Menangani
Melansir Buku Cegah dan Deteksi Kanker Serviks (2010) karya Prof. DR. H.K. Suheimi, SpOG (K) dkk., gejala yang timbul apabila telah terjadi kanker serviks akan semakin banyak, terutama saat stadium kanker jenis ini kian tinggi.
Jika mengalami tanda-tanda berikut ini, Anda patut waspada dan harap segera memeriksakan diri ke dokter.
Gejala awal kanker serviks pada stadium lanjut, di antaranya yakni:
Sedangkan gejala kanker serviks yang lebih lanjut atau telah terjadi penyebaran kanker, antara lain:
Dari gejala ini, Anda mungkin masih sulit memperkirakan diri mengenai keberadaan kanker serviks.
Baca juga: 5 Jenis Makanan untuk Mencegah Kanker Payudara
Pasalnya, gejala-gejala tersebut termasuk keluhan yang sifatnya biasa dan tidak khusus sehingga sering terabaikan.
Bahkan dilaporkan, dari berbagai hasil penelitian, banyak penderita kanker serviks tidak memperlihatkan adanya gejala sama sekali.
Di Indonesia sendiri, diketahui jutaan wanita tidak menyadari diri mereka mengidap penyakit mematikan tersebut hingga mencapai stadium yang sudah parah.
Jadi, lebih baik jangan menunggu tanda-tanda tersebut muncul baru memeriksakan diri.
Alangkah bagusnya, jika Anda melakukan langkah pencegahan dengan skrining (pap smear) secara rutin.
Dalam Buku Menaklukkan Kanker Serviks dan Kanker Payudara dengan 3 Terapi Alami (2012) karya Dr. Lestari Handayani, dr., M.Med (PH) dkk., dijelaskan pap smear adalah sebuah metode pemeriksaan cairan lendir serviks.
Baca juga: Benarkah Radiasi HP Bisa Menyebabkan Kanker?
Setidaknya ada dua pilihan metode yang bisa dilakukan dalam pemeriksaan pap smear, yakni secara konvensional atau liquid base.
Berikut perbedannya:
1. Pap smear konvensional
Pada metode ini, lendir serviks dioleskan di atas kaca objek, kemudian diperiksa dengan alat mikroskop.
Pemeriksaan ini diketahui sudah dipakai lebih dari 50 tahun dan biayanya terbilang cukup murah.
Namun, metode konvensional memiliki kelemahan, yakni kadang-kadang hasil pengolesan lendir pada kaca kurang merata sehingga dapat menimbulkan bias pada pemeriksaan mikroskop.
Belum lagi, keterlambatan pemberian pengawet pada kaca objek bisa menimbulkan kerusakan pada sel yang akan diperiksa.
Jika terjadi dua hal tersebut, bukan tidak mungkin harus dilakukan pengulangan pengambilan sampel lendir.
2. Pap smear liquid base
Metode ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel lendir menggunakan alat yang menyerupai sikat.
Sikat yang mengandung lendir tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cairan khusus.
Dengan menggunakan alat khusus, cairan yang telah bercampur dengan lendir serviks lantas diperiksa di bawah mikroskop.
Berbeda dengan metode konvensional, cara ini diyakini bermanfaat untuk meminimalkan kerusakan sel yang dialami.
Selain itu, dapat juga menyingkirkan sel jamur, darah, dan unsur lainnya yang ikut terambil ke dalam sampel.
Namun, kekurangan metode ini adalah tarifnya cukup mahal sehingga lebih jarang digunakan dibanding metode konvensional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.