KOMPAS.com – Lupus adalah penyakit autoimun yang sifatnya menahun dan menimbulkan peradangan di berbagai organ tubuh.
Penyakit ini di antaranya bisa menyerang kulit, persendian, dan bahkan organ dalam seperti ginjal, jantung, paru-paru, hingga darah.
Pada penderita lupus, sistem imun tidak dapat membedakan sel sehat dan sel bakteri atau virus, sehingga antibodi yang diproduksina menyerang sel-sel yang sehat.
Untuk mudahnya, dapat dibayangkan bahwa dalam keadaan normal, sistem imun mempunyai fungsi mengendalikan pertahanan tubuh.
Baca juga: Lupus Lebih Banyak Menyerang Wanita, Kok Bisa?
Sistem imun ini bekerja melawan infeksi dalam arti memusnahkan kuman penyakit, bakteri, virus, dan zat asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh.
Pada lupus dan penderita penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh berbalik menyerang jaringan tubuh sendiri, yaitu antibodi yang dihasilkan menyerang sel-sel darah, organ, dan jaringan tubuh yang sehat sehingga terjadilah penyakit menahun.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa tubuh manusia memiliki sistem kekebalan tubuh atau sistem imun.
Melansir Buku Lupus: Manis Namanya, Dahsyat Gejalannya (2020) oleh Srikandi Waluyo dan dr. Budhi Marhaendra Putra, SAkp, MHA, penyakit lupus menurut para ahlinya, diduga berkaitan dengan sistem imun yang berlebih.
Antibodi yang terbentuk dalam sistem imun untuk menyerang sumber penyakit yang masuk ke dalam tubuh itu diproduksi berlebihan.
Akibatnya, antibodi yang berlebih ini menyerang jaringan dan sel-sel tubuh yang sehat.
Kelainan inilah yang disebut autoimunitas. Menjadi gawat, antibodi berlebihan bisa masuk ke seluruh jaringan tubuh dengan dua cara, yakni:
1. Secara langsung
Antibodi langsung menyerang jaringan dan sel tubuh, misalnya sel-sel darah marah yang jika diserang pasti hancur.
Kondisi ini mengakibatkan penderitanya kekurangan darah merah yang disebit anemia.
2. Bergabung