Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Tekanan Darah Normal pada Orang Dewasa?

Kompas.com - 20/05/2020, 20:05 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuat jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Pada masing-masing orang, tekanan darah ini bisa berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia dan pola makan.

Tekanan darah juga bisa bervariasi sepanjang hari karena adanya perubahan aktivitas.

Pada malam hari sewaktu tidur, tekanan darah pada seseorang dikatakan berada di titik terendah.

Baca juga: 3 Penyakit Komplikasi Hipertensi yang Bisa Mengancam Jiwa

Sementara, pada pagi hari setelah bangun tidur, tekanan darah berangsur-angsur naik dan biasanya mencapai puncaknya pada siang hari saat seseorang dihadapkan pada aktivitas yang padat dengan kemungkinan adanya stres.

Oleh karena itu, untuk memenentukan dengan pasti adanya tekanan darah tingi atau hipertensi pada seseorang, diperlukan minimal 3 pengukuran pada saat berlainan dengan selang minimal satu minggu.

Pengulangan ini diperlukan untuk meniadakan faktor yang dapat meningkatkan tensi secara tiba-tiba, seperti kondisi stres, emosi, rasa letih, dan sebagainya.

Tekanan darah normal orang dewasa

Pada 2003, dua Komisi Hipertensi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa tlah memberikan petunjuk bagi diagnosis dan terapi hipertensi, yang dalam garis besar diterima oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam saran tersebut, dikemukakan beberapa perubahan terhadap pengertian hipertensi dibandingkan dengan kebijakan lama, seperti mengenai nilai-nilai tekanan darah tujuan.

Tensi dapat dibagi dalam beberapa stadia dengan nilai-nilainya tersendiri.

Baca juga: Resep Jamu Tradisional untuk Atasi Hipertensi

Melansir Buku Obat-Obatan Penting (2015) oleh Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat memiliki tekanan darah normal sekitar 120/80 mmHg.

Angka 120 menunjukkan tingkat tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh atau biasa disebut tekanan sistolik.

Sedangkan, angka 80 berarti tingkat tekanan saat jantung beristirahat sejenak sebelum kembali memompa lagi atau kerap disebut tekanan diastolik.

Jika tekanan darah lebih dari angka tersebut, seseorang bisa didiagnosis mengalami hipertensi.

Berikut ini klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa lebih lanjut:

  • Normal tinggi: sistolis 130-139 mmHg atau diastolis 85-89 mmHg
  • Hipertensi tingkat 1: sistolis 140-159 mmHg atau diastolis 90-99 mmHg
  • Hipertensi tingkat II: sistolis ≥160 mmHg atau diastolis ≥100 mmHg

Apabila terdapat suatu faktor risiko kardiovaskular, seperti diabetes tipe-2, maka nilai tekanan darah tujuan diturunkan sampai <130/80 mmHg.

Baca juga: 6 Manfaat Kumis Kucing, Obati Encok hingga Hipertensi

Tekanan darah juga meningkat sesuai usia akibat bertambahkan pengapuran atau pengerasan pembuluh, sehingga sukar dikatakan dengan pasti kapan betul-betul terdapat hipertensi.

Namun, tidak jarang pada orang lanjut usia (lansia) di atas 65 tahun tanpa faktor risiko, tekanan darah sampai 150-160/80-90 mmHg masih dianggap akseptabel oleh sebagain dokter.

Penyebab hipertensi

Melansir Buku Bebas Hipertensi Tanpa Obat (2012) oleh Lanny Lingga, PhD, sebagain besar hipertensi terjadi karena faktor penyebab yang tidak jelas.

Sekitar 90-95 persen hipertensi merupakan hipertensi primer yang tidak jelas penyebabnya.

Tekanan darah tinggi tipe pertama ini diduga terjadi karena kombinasi beberapa macam penyebab, seperti:

  • Kadar nitrogen monoksida yang rendah
  • Resistansi insulin
  • Obesitas
  • Difisiensi kalium (hypokalemia)
  • Sensitivitas terhadap sodium
  • Konsumsi alkohol
  • Kekurangan vitamin D
  • Pertambahan usia
  • Riwayat keluarga
  • Peningkatan renin atau enzim yang dihasilkan ginjal
  • Saraf simpatik terlalu aktif
  • Resistensi insulin
  • Bobot badan saat lahir di bawah normal

Hanya sebagain kecil hipertensi terjadi karena beberapa sebab yang jelas.

Tekanan darah tinggi dengan penyebab yang jelas masuk dalam kelompok hipertensi sekunder.

Baca juga: Cara Penerapan Diet Rendah Garam untuk Turunkan Hipertensi

Berikut ini beberapa faktor penyebab hipertensi sekunder:

  • Berbagai penyakit ginjal, termasuk tumor pada ginjal atau preochromocytoma
  • Hipertensi gentantinal atau hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan
  • Gangguan endokrin (chusing syndrome)
  • Gangguan tidur (sleep apnea)
  • Mengonsumsi obat antinyeri nonsteroid (NSAIDs), seperti ibupropen
  • Mengonsumsi pil KB
  • Mengonsumsi obat tertentu, seperti pseudoephedrine, kortikosteroid, siklopropen, eritoproten, dan beberapa macam obat-obatan bebas
  • Melakukan terapi sulih hormon (hormone replacement therapu) dan steroid
  • Mengonsumsi kokain dan nikotin
  • Mengonsumsi herba akar manis untuk waktu yang lama
  • Memiliki kebiasaan mengonsumsi kayu mani

Meski penyebab pasti pada umumnya tidak diketahui, hipertensi tetap saja memiliki faktor risiko yang patut diwaspadai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau