Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 02/06/2022, 08:21 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi cukup banyak menjadi penyakit yang dikeluhkan.

Pengendalian penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi terkait erat dengan kedisiplinan penderita mengonsumsi obat dan gaya hidup sehat.

Tekanan darah tinggi yang tidak dikontrol dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, gagal jantung, sampai gagal ginjal.

Dokter umumnya akan meresepkan obat hipertensi, apabila tekanan darah masih cenderung tinggi kendati sudah tiga bulan menjalani gaya hidup sehat.

Baca juga: 7 Cara Mengontrol Hipertensi, Selain dengan Obat

Lantas, kapan waktu terbaik minum obat hipertensi?

Minum obat hipertensi di pagi hari

Menurut laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada dua jenis obat hipertensi.

Obat pengontrol tekanan darah dari golongan Ace Inhibitor (captopril, ramipril), lebih dianjurkan untuk dikonsumsi sebelum makan.

Karena penyerapan obat tersebut rentan terganggu oleh makanan.

Sedangkan obat antihipertensi dari propranolol, amlodipin, candesartan, disarankan untuk dikonsumsi setelah makan.

Menurut Kemenkes, obat-obatan tersebut dianjurkan untuk diminum pada pagi hari.

Karena ada studi yang menunjukkan tekanan darah mencapai angka paling tinggi pada pukul 09.00-11.00 dan paling rendah di malam hari setelah Anda tidur.

Sehingga, mengacu riset tersebut, obat antihipertensi disarankan untuk diminum antara pukul 09.00-11.00.

Baca juga: Resep Infused Water Timun untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Minum obat hipertensi di malam hari

Kendati ada anjuran untuk minum obat antihipertensi pada pagi hari, studi yang dipublikasikan di European Heart Journal (2018) menyebut minum obat tekanan darah tinggi di malam hari lebih baik daripada pagi hari.

Riset dari ahli di Spanyol tersebut meneliti 19.000 penderita hipertensi yang rutin minum obat antitekanan darah tinggi dari tahun 2008 sampai 2018.

Hasilnya, pasien yang minum obat sebelum tidur, risiko serangan jantungnya turun 44 persen, peluang gagal jantung turun 42 persen, risiko stroke turun 49 persen, dan risiko kematian karena penyakit kardiovaskular turun 45 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com