KOMPAS.com - Sejumlah hidangan khas Nusantara banyak menggunakan santan sebagai bahan pembuatannya.
Seperti menu lebaran populer opor ayam, rendang sapi, sambal goreng ati sapi, dan semur daging sapi.
Beberapa minuman khas juga mengandung santan seperti kolak, cendol, dawet, sampai doger.
Namun, santan kerap dianggap sebagai biang kolesterol tinggi sehingga perlu dibatasi konsumsinya. Benarkah?
Baca juga: 3 Manfaat Santan bagi Kesehatan Tubuh
Ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.hum., menjelaskan, santan mengandung kolesterol tinggi adalah mitos.
Dokter Tan menjelaskan, seperti produk nabati lainnya, santan yang dihasilkan dari buah kelapa tidak mengandung kolesterol.
"Susu yang dihasilkan hewan itu mengandung kolesterol, sekalipun low fat. Tapi produk nabati seperti santan, kacang, dan durian itu tidak mengandung kolesterol," jelas dia, saat dihubungi Kompas.com (22/5/2020).
Menurut Tan, tumbuh-tumbuhan tidak bisa menghasilkan kolesterol karena tidak membutuhkan kolesterol untuk bertumbuh.
Baca juga: Hati-hati, Kacang Mete Goreng Asin Tak Ramah Hipertensi
Melansir Medical News Today, santan mengandung lemak jenuh dan tak jenuh tinggi, serta tinggi kandungan kalori.
Dalam takaran satu cangkir, kalori santan sebesar 445 kkal dan lemaknya sebesar 48,21 gram.
Akan tetapi, menurut Tan, kandungan lemak tinggi pada santan memiliki manfaat bagi tubuh apabila dikonsumsi tidak berlebihan.
"Lemak pada santan tinggi, setuju. Tapi ada keistimewaannya, lemak santan memiliki asam lemak laureat yang bermanfaat bagi tubuh," jelas dia.
Lebih lanjut dia menyampaikan, lemak pada santan saat dikonsumsi dapat berdampak pada pembentukan lemak darah, termasuk HDL (lemak baik).
"Partikel lipoprotein berat jenis tinggi ini justru bisa melindungi jantung dan pembuluh darah," kata dia.