KOMPAS.com - Cumi-cumi meruapakan sajian makanan laut yang digemari banyak orang.
Selain bisa diolah dengan beragam bumbu yang menambah cita rasa, cumi-cumi juga memiliki banyak manfaat kesehatan.
Kesitimewan cumi-cumi tak hanya terletak pada dagingnya yang nikmat dan menyehatkan. Hewan berjenis moluska ini juga memiliki tinta yang mengandung gizi tinggi jika kita konsumsi.
Tinta cumi-cumi merupakan bagian dari mekanisme pertahanan. Hewan laut tersebut akan memproduksi cairan hitam ketika merasa terancam untuk mengaburkan pandangan sang musuh.
Baca juga: 7 Tanda Stres yang Kerap Tak Disadari
Tinta ini kaya akan senyawa baik, seperti melanin,enzim, polisakarida, katekolamin (hormon), logam seperti kadmium, timah, dan tembaga, serta asam amino, seperti glutamat, taurin, alanin, leusin, dan asam aspartat.
Senyawa utama dalam tinta cumi adalah melanin, yang merupakan pigmen yang bertanggung jawab atas warna gelap tinta.
Melanin juga terdapat pada tubuh manusia untuk menentukan warna kulit.
Menruut data Healthline, kandunga senyawa pada tinta cumi memiliki manfaat berikut:
Riset membuktikan ekstrak tinta cumi efektif untuk menetralkan bakteri yang umumnya menyebabkan plak gigi, seperti Streptococcus mutans, Actinomyces viscosus, Lactobacillus acidophilus, dan Candida albicans.
Tinta cumi-cumi juga terbukti mampu menetralkan bakteri yang menyebabkan penyakit bawaan dalam makanan, seperti Escherichia coli dan Listeria Monocytogenes.
Tinta cumi juga memiliki efek antioksidan yang kuat. Antioksidan adalah senyawa yang membantu melawan molekul berbahaya atau radikal bebas.
Kadar radikal bebas yang terlalu tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan sel dan meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes.
Beberapa riset membuktikan sifat antioksidan tinta cumi-cumi ini berasal dari polisakarida yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas.
Baca juga: Diijuluki Raja Buah, Berikut Berbagai Manfaat Durian untuk Kesehatan
Tinta cumi-cumi juga diprediksi para ilmuwan memiliki sifat antikanker.
Riset yang diterbitkan dalam National Center for Biotechnology Information telah membuktikannya.