Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Bisa Kentut Bisa Jadi Gejala Penyakit Apa?

Kompas.com - 10/06/2020, 20:02 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Kentut adalah bagian dari proses membuang kelebihan gas dari sistem pencernaan.

Beberapa kondisi dapat menyebabkan seseorang susah atau tidak bisa kentut.

Akibat gas yang tertahan di saluran pencernaan, perut jadi terasa begah dan tidak nyaman.

Baca juga: Kentut Terus-menerus Tanda Kondisi Apa?

Berikut kemungkinan tidak bisa kentut bisa menjadi gejala penyakit apa saja:

1. Sembelit

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
Sembelit atau konstipasi merupakan penyebab umum seseorang tidak bisa kentut.

Melansir Web MD, gas pada kentut bisa terbentuk di usus besar saat bakteri mencerna karbohidrat dalam kotoran.

Dalam kondisi sembelit, gas kentut tersebut jadi susah melewati usus besar. Kondisi ini rentan bikin penderitanya kembung dan merasa tidak nyaman.

Cara agar lebih mudah kentut saat sembelit sebenarnya bisa diatasi dengan obat-obatan dari dokter.

Baca juga: 10 Kemungkinan Sering Kencing Bisa Jadi Gejala Penyakit Apa Saja

Selain itu, Anda juga bisa mengikuti diet makanan tertentu seperti susu, kacang-kacangan, dan buah-buahan yang bisa meningkatkan produksi gas di perut.

Di antaranya apel, aprikot, kacang polong, kedelai, kembang kol, bawang putih, eks krim, susu, buah pir, serta gandum.

Saat sembelit, hindari makanan yang bisa memberikan bahan bakar bagi bakteri di perut tersebut.

Namun, jangan lupakan asupan serat agar kelancaran pencernaan tetap terjaga.

Anda juga disarankan untuk mengonsumsi jahe. Rempah ini dapat mempercepat pergerakan makanan melalui usus. Sehingga, bisa meredakan kembung.

Baca juga: Konsumsi 5 Buah Berikut sebagai Cara Mengatasi Sembelit

2. Usus buntu

Ilustrasi sakit perut5432action Ilustrasi sakit perut
Seperti dilansir dari Everyday Health, sakit perut sebelah kanan merupakan salah satu gejala usus buntu yang paling umum.

Tak hanya sakit perut sebelah kanan, penderita radang usus buntu (apendisitis) juga mengalami susah atau tidak bisa kentut.

Selain tanda-tanda di atas, gejala usus buntu yang lain di antaranya sembelit, muntah, dan semam.

Radang usus buntu kerap menyerang remaja atau orang berusia 20 tahunan.

Namun, tidak menutup kemungkinan penyakit ini diidap orang berusia mapan atau kalangan lanjut usia.

Radang usus buntu perlu mendapat penanganan medis sebelum pecah agar tidak menimbulkan komplikasi kesehatan serius.

Baca juga: 7 Gejala Usus Buntu, Tak Hanya Sakit Perut Sebelah Kanan

3. Ileus

Ilustrasi | ShutterstockIlustrasi | Shutterstock Ilustrasi | Shutterstock
Melansir Healthline, ileus adalah kondisi saat pergerakan di usus minim, sehingga makanan jadi menumpuk di usus.

Kondisi ini bisa terjadi saat ada masalah otot atau saraf yang terhubung dengan usus. Ileus dapat menyebabkan makanan, cairan, dan gas di usus tersumbat.

Gejala ileus di antaranya tidak bisa kentut, sakit perut, kehilangan nafsu makan, sembelit, perut bengkak, mual, dan muntah.

Ileus jamak dialami orang yang baru dioperasi, karena efek samping penggunaan obat tertentu.

Namun, ada juga ileus yang disebabkan penyakit seperti kanker usus, penyakit autoimun crohn, parkinson, dan intususepsi.

Baca juga: Kenapa Jadi Sering Kencing setelah Minum Air Putih?

Kondisi medis tertentu seperti ketidakseimbangan elektrolit, trauma usus, penurunan berat badan dengan cepat, dan penuaan juga bisa memicu ileus.

Ileus tak boleh diabaikan. Tanpa perawatan, ileus bisa membuat dinding usus berlubang.

Kondisi ini rentan menyebabkan isi usus yang banyak mengandung bakteri bocor ke bagian tubuh lainnya.

Jika mengalami gejala ileus, baiknya Anda segera mendapatkan perawatan medis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau