Selain itu, perbedaan berat badan juga bissa memengaruhu toleransi kafein.
Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan mereka memiliki toleransi yang lebih tinggi.
"Jumlah dan frekuensi penggunaan kafein dan tingkat kecemasan secara keseluruhan adalah faktor lain yang memengaruhi seberapa cepat seseorang mengalami toleransi kafein," tambah Malkani.
Hal pertama yang terjadi ketika kita mengalami toleransi kafein adalah kita tidak lagi bisa fokus atau merasakan efek dari secangkir kopi yang kita minum.
"Kita membutuhkan lebih banyak kopi untuk merasakan efek yang diinginkan," ucap Malkani.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Minum Kopi Bisa Menurunkan Berat Badan?
Untuk mengatasi toleransi kafein, kita harus mengurangi asupannya secara perlahan.
Mengkonsumsi lebih banyak kafein memang bisa membatu kita mengatasi kondisi tersebut, namun hal itu hanya berlaku dalam jangka pendek.
Mengurangi asupan kafein memang bisa membuat kita mengalami gejala penarikan seperti sakit kepala, jantung berdebar, dan kecemasan. Namun, gejala tersebut hanya berlangsung sementara.
Selain itu, Malkani juga menyarankan agar kita tidak melewatkan waktu makan karena bisa menyebabkan penurunan energi.
Akibatnya, kita kembali tergoda untuk mengonsumsi kafein demi membangun kembali energi yang hilang.
Untuk memperlambat penyerapan kafein, hindarilah mengonsumsi kopi saat perut kosong sehingga ktia tidak mudah mengalami toleransi kafein.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.