"Tidur berlebihan juga bisa disebabkan akrena ritme sirkadian yang tertunda. Mereka tidak bisa tidur lebih awal sehingga sulit bangun di pagi hari," ucap Drerup.
Tidur berlebihan memang bisa menjadi gejala depresi. Namun, tidur berlebihan bukanlah penyebab depresi.
Di sisi lain, tidur berlebihan bisa memperburuk gejala depresi.
"Orang yang tidur berlebihan biasanya merasa tertinggal dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan," ucap Drerup.
Itu sebabnya, Drerup menyarankan kita untuk memastikan kebutuhkan tidur terpenuhi, terutama bagi penderita depresi.
"Mengobati depresi akan menjadi hal yang sangat sulit jika pasien menderita insomnia atau berbagai gangguan tidur lainnya," ucap Drerup.
Sama halnya dengan kurang tidur, terlalu banyak tidur juga berdampak negatif pada kesehatan kita.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
"Tidur berlebihan juga meningkatkan masalah kesuburan, penurunan kognitif, dan obesitas," ucap Drerup.
Baca juga: Apakah Bahaya Tekanan Darah Rendah?
Jika tidur berlebihan terjadi karena depresi, kita harus segera mencari bantuan profesional.
Selain itu, Drerup juga menawarkan beberapa teknik tertentu yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki pola tidur mereka. Berikut teknik tersebut:
1. Hindari menekan tombol "snooze" pada alarm
Menekan tombol "snooze" atau tunda akan membuat kita mengalami periode tidur singkat dan terfragmentasi.
Hal ini akan meningkatkan risiko tidur inersia yang membuat tubuh ingin tetap tertidur.
2. Bangun pagi sata akhir pekan