Faktanya, olahraga pun bisa merangsang tubuh untuk meningkatkan produksi endorfin ini.
Oleh sebab itu, pada umumnya, setelah berolahraga, pikiran terasa lebih enak. Hal itu di antaranya, juga karena pengaruh endorfin.
Sentuhan dan rabaan sebagai aktivitas seks juga dapat membantu memproduksi endorfin.
Oleh karenanya, untuk pasangan yang sudah tua dan tidak mungkin lagi melakukan hubungan seks, kebersamaan dan keakraban dapat memberi banyak manfaat.
Misalnya saja, pasangan ini melakukan dansa atau menjalankan aktivitas bersama-sama yang kiranya bisa menyenangkan bagi mereka.
Baca juga: Posisi Bercinta Saat Hamil Sesuai Trimester
Jadi, tidak harus dipaksanakan dengan menggunakan obat kuat, apalagi dilakukan secara membabi buta untuk mendapatkan orgasme.
Sementara bagi yang tidak memiliki pasangan, rasa puas bisa juga dicapai dengan beberapa hal, misalnya melakukan aktivitas sosial dan aktivitas lain yang bermanfaat.
Hampir semua dari kita tahu bahwa rasa puas dan rileks lebih menguntungkan dari aspek kesehatan dibanding kondisi stres dan frustasi.
Stres di antaranya dapat menyebabkan detak jantung meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat karena pembuluh darah kaku, dan beberapa kondisi lain yang tidak menguntungkan bagi tubuh.
Sementara bagi kaum pria, sperma yang tertumpuk karena tidak disalurkan, tak perlu dirisaukan.
Sperma bisa keluar saat tidur, yaitu ketika mengalami mimpi basah.
Baca juga: Bagaimana Hubungan Seks yang Bisa Meningkatkan Daya Tahan Tubuh?
Dengan demikian, kesehatan fisik, psikologis, dan sosial dapat memberi pengaruh yang besar terhadap penampilan dan vitalitas individu.
Orgasme memang dapat memberi manfaat positif bagi kesehatan fisik dan psikologis, tapi orgasme tetap saja bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi sehat tersebut.
Melansir Kompas.com (17/7/2017), sejumlah ilmuan di California, AS, menemukan bahwa tutup pelindung pada DNA manusia atau telemor (yang mengindikasikan penuaan dan kesehatan) berada dalam kondisi yang lebih baik pada wanita yang rutin bercinta setiap pekan.
Peneliti bertanya kepada 129 wanita tentang aktivitas seksual mereka selama seminggu, serta memeriksa darah mereka.