KOMPAS.com - Stres adalah cara alami tubuh membuat seseorang tetap waspada, tejaga, dan siap menghadapi suatu ancaman atau bahaya.
Dalam dosis kecil, stres memang bisa bermanfaat. Stres bisa membantu memotivasi dan mendorong seseorang mencapai tujuan.
Namun, terlalu banyak stres bisa membuat seseorang susah konsentrasi, susah tidur, dan membuat putus asa.
Baca juga: Stres Bisa Memicu Jerawat, Begini Baiknya
Melansir Web MD, terlalu banyak paparan stres atau stres kronis bisa menyebabkan depresi bagi kelompok rentan.
Bagi beberapa orang stres yang berujung depresi bisa dipicu peristiwa seperti menikah atau memulai pekerjaan baru.
Kendati demikian, sekitar 10 persen penderita mengalami depresi tanpa dipicu kejadian pemicu stres.
Penyebab depresi yang tidak didasari stres tersebut bisa karena faktor genetika atau masalah kimia di otak.
Lantas, bagaimana mengetahui seseorang mengalami stres atau depresi?
Baca juga: Musik Bisa Hilangkan Stres, Bagaimana Caranya?
Melansir Mental Health America, stres maupun depresi sama-sama dapat memengaruhi kesehatan fisik, mental, maupun emosional.
Namun terdapat perbedaan yang mendasar. Gejala depresi biasanya lebih intens dan bertahan lebih dari dua minggu.
Depresi bisa menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem seperti sangat sedih, putus asa, lelah, dan tidak berdaya.
Berikut ciri-ciri stres secara umum:
Baca juga: 6 Ciri-ciri Depresi yang Tampak pada Aktivitas Sehari-hari
Sementara itu, ciri-ciri depresi secara umum di antaranya:
Baca juga: Beda Baby Blues dan Depresi Pascamelahirkan
Stres yang intens dapat memicu peningkatan hormon kortisol atau hormon stres. Selain itu, stres juga bisa mengurangi produksi serotonin dan dopamin yang bisa memicu depresi.