KOMPAS.com – Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi yang tak boleh diabaikan.
Bagaimana tidak, hipertensi merupakan faktor risiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke.
Hipertensi juga kerap disebut sebagai “the silent diseases” karena kerap tidak memiliki tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar.
Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tapi secara potensial bisa sangat berbahaya.
Untuk mencegah terjadinya hipertensi, seseorang salah satunya harus selalu menerapkan pola makan yang sehat, termasuk mengontrol batas konsumsi daging per hari.
Baca juga: Daging Sapi atau Kambing, Mana yang Lebih Sehat?
Di Indonesia selama ini berkembang anggapan bahwa daging kambing dapat menyebabkan hipertensi.
Hal itu memang benar adanya, tapi jika daging kambing dikonsumsi secara berlebihan atau diolah kurang sehat.
Tak hanya daging kambing, konsumsi jenis daging lain, seperti daging sapi, daging domba, maupun ayam pada dasarnya juga bisa memicu darah tinggi apabila dilakukan secara sembarangan.
Melansir Live Strong, meski kaya akan protein dan nutrisi lain yang diperlukan tubuh, daging, termasuk daging sapi, kambing, maupun ayam tetap saja mengandung lemak jenuh.
Kandungan lemak jenuh itulah yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi meningkat.
Asupan lemak jenuh bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL) dalam darah.
Baca juga: Benarkah Konsumsi Daging Kambing Sebabkan Tekanan Darah Tinggi?
Semakin tinggi kadar kolesterol jahat di dalam tubuh, maka akan semakin rentan hipertensi menyerang.
Pasalnya, kolesterol jahat akan menumpuk di dalam tubuh, terlebih pada pembuluh darah.
Kolesterol ini akan membentuk plak, sehingga pembuluh darah bisa menyempit dan mengeras.
Dengan begitu, jantung harus bekerja ekstra karena pasokdan darah ke seluruh tubuh berkurang.