KOMPAS.com - Stres adalah respons tubuh terhadap berbagai hal yang dianggap berbahaya oleh pikiran kita.
Beberapa pemicu stres memang bisa mendorong kita untuk melakukan tindakan positif, seperti mencari pekerjaan saat dipecat.
Akan tetapi, terlalu banyak stres dapat menekan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kita rentan jatuh sakit.
Stres yang berkepanjangan juga dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit, termasuk penyakit jantung dan kanker.
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis dan Manfaat Karbohidrat
Stres dapat menyebabkan sejumlah gejala dan penyakit fisik. Namun, gejala tersebut biasanya hilang setelah tingkat stres menurun.
Berikut berbagai gejala yang muncul saat stres:
Sering mengalami stres atau tingkat stres yang tinggi bisa membuat kita mengalami berbagai penyakit.
Berikut berbagai penyakit yang muncul akibat stres:
Stres kronis dan paparan peristiwa emosional dapat menyebabkan demam psikogenik.
Demam psikogenik merupakan demam yang disebabkan oleh faktor psikologis, bukan virus atau penyebab peradangan lainnya.
Demam psikogenik dapat terjadi pada siapa saja yang sedang stres, tetapi paling sering menyerang wanita muda.
Riset 2012 membuktikan stres kronis bisa menghambat respon peradangan tubuh.
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh melemah dan kita akan mudah mengalami infeksi.
Itu sebabnya, paparan stres yang lama atau terlalu tinggi bisa meningkatkan risiko infeksi virus penyebab flu.
Stres bisa menghambat fungsi pencernaan kita yang memicu berbagai masalah kesehatan seperti berikut:
Stres juga telah terbukti memperburuk gejala sindrom iritasi usus besar dan peningkatan asam lambung.
Baca juga: Mengapa Stres Bisa Sebabkan Berat Badan Turun?
Penelitian telah membuktikan stres bisa memicu gejala depresi. Pasalnya, stres membuat beberapa bahan kimia otak tidak seimbang, termasuk serotonin, dopamin, dan norepinefrin.
Stres juga bisa memicu peningkatan kadar kortisol. Ketidak seimbangan bahan kimia otak ini bisa memicu berbagai dampak negatif seperti berikut:
Stres diyakini berperan besar dalam terjadinya obesitas. Penelitian telah membuktikan stres bisa memicu peningkatan kadar kortisol yang berkontribusi pada penambahan berat badan.
Stres juga bisa memicu nafsu makan kita yang turut menambah kemungkinan kita mengalami obesitas.
Padahal, obesitas merupakan faktor risiko beberapa penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.