Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Ganggu PIkiran, Kecemasan Juga Sebabkan Gangguan Fisik

Kompas.com - 06/09/2020, 10:34 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Merasa grogi, takut, atau khawatir berlebihan kerap dialami oleh orang-orang yang mengalami anxiety atau gangguan kecemasan.

Selain itu, gejala gangguan kecemasan juga bisa dirasakan oleh fisik kita, seperti keringat berlebihan, gemetar, detak jantung meningkat, dan mual.

Kecemasan biasanya dialami seseorang dalam situasi tertentu yang membuat stres.

Di sisi lain, kecemasan juga bisa menjadi gangguan mental serius jika terjadi dalam waktu lama dan menganggu aktivitas sehari-hari.

Baca juga: Sayang Dilewatkan, Ini 5 Manfaat Kopi untuk Kesehatan Kulit

Efek kecemasan pada tubuh

Dalam jangka panjang, anxiety juga bisa memicu gangguan medis kronis. Pasalnya, respon kecemasan diatur oleh bagian otak yang disebut amigdala.

Ketika merasa cemas, stres, atau takut, amigdala tersebut akan mengirimkan sinyal ke bagian tubuh lainnya.

Sinyal tersebut berfungsi agar tubuh bersiap memberi respon "right or flight", yang memicu peningkatan hormon adrenalin dan kortisol.

Respon tersebut memang berguna saat kita menghadapi situasi berbahaya, seperti dikejar penjahat.

Namun, respon tersebut akan menganggu kita ketika terjadi saat kita menghadapi situasi lain, seperti wawancara kerja atau ujian.

Selain itu, respon "fight or fligth" yang berlangsung lama juga bisa membuat kadar kortisol dan adrenalin dalam tubuh berlebihan.

Akibatnya, tekanan darah meningkatdan pembeluh darah rentan mengalami kerusakan.

Kadar kortisol berlebihan juga bisa memicu kenaikan berat badan, otot melemah, dan berbagai jenis gangguan kesehatan lainnya.

Selain efek tersebut, anxiety juga bisa mempengaruhi tubuh dengan cara berikut

1. Menganggu sistem pernapasan

Saat merasa cemas, kita bisa mengalami hiperventilasi atau kondisi di mana pernapasan akan menjadi cepat dan pendek-pendek.

Hal ini terjadi agar paru-paru bisa mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh tubuh dengan cepat, agar ubuh bersiap memberi respon "fight or fligth".

Hipervantilasi juga bisa membuat nafas terengah-engah dan menyebabkan kita merasa pusing dan lemas.

2. Respon sistem kardiovaskular

Kecemasan dapat menyebabkan perubahan pada detak jantung dan peredaran darah ke seluruh tubuh.

Saat merasa cemas, detak jantung akan berdetak lebih cepat yang membuat alian darah ke otot menjadi lebih tinggi.

Jika terjadi dalam waktu lama, kondisi ini bisa memicu penyempitan pembuluh darah atau vasokonstriksi, yang juga dapat memengaruhi suhu tubuh.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Pakai Masker Bisa Turunkan Kadar Oksigen Tubuh?

3. Gangguan fungsi kekebalan

Jika terjadi dalam jangka pendek, kecemasan memang bisa meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh.

Tapi, kecemasan yang terjadi dalam jangka panjang bisa menimbulkan respon sebaliknya.

Saat cemas tubuh akan melepaskan hormon kortisol. Hormon kortisol yang berlebihan bisa menyebabkan peradangan dan mematikan sistem kebelan tubuh yang melawan infeksi.

Itu sebabnya, orang yang mengalami gangguan kecemasan kronis rentan mengalami infeksi.

4. Mengganggu fungsi pencernaan

Kecemasan bisa memicu peningkatan kortisol yang menganggu istem pencernaan.

Selain itu, hormon adrenalin juga bisa mengurangi aliran darah dan memelaskan otot perut.

Akibatnya, kita bisa mengalai mual, muntah, dan diare, bahkan kehilangan nafsu makan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau