Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Konsumsi Teh Boba Berlebihan Picu Berbagai Masalah Kesehatan

Kompas.com - 28/09/2020, 12:04 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Boba tea atau teh boba menjadi minuman kekinian yang digemari milenial.

Meski rasanya lezat dan menyegarkan, terlalu banyak mengonsumsi teh boba bisa mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.

Mengutip wawancara The Healthy dengan ahli diet dari New Jersey, Hilary Cecere, satu-satunya bahan menyehatkan untuk membuat boba tea hanyalah teh.

Selain itu, rata-rata bahan yang digunakan bisa berbahaya bagi kesehatan, khususnya bahan tapioka untuk membuat bola-bola kecil yang kita sebut boba.

Baca juga: Kesepian Juga Bisa Picu Diabetes Tip 2, Kok Bisa?

Umumnya, teh boba terbuat dari susu, gula, dan tapioka. Sedangkan bagian boba, atau bola-bola kecil, dalam minuman kekinian itu terbuat dari pati yang diekstrak dari umbi singkong.

Itu sebabnya, boba mengandung karbohidrat tinggi tetapi bukan karbohidrat sehat yang kaya akan serat seperti dalam biji-bijian.

Boba biasanya dimasak dalam air panas dalam waktu lama. Proses memasak juga ditambahkan pemanis buatan. Dalam satu porsi boba, bisa mengandung 160 kalori.

"Dengan semua bahan olahan itu, kalori dalam teh boba bisa mencapai 400," ucap Cecere.

Padahal, konsumsi kalori yang tinggi bisa memicu obesitas dan memicu berbagai penyakit kronis.

Kandungan gula yang tinggi pada teh boba juga bisa mengakibatkan lonjakan insulin, yang merupakan faktor risiko diabetes.

Efek konsumsi boba untuk kulit

Mengutip laman Health Essenstials, konsumsi teh boa juga bisa memperburuk kesehatan kulit.

Berikut berbagai efek samping teh boba untuk kulit:

- Memicu jerawat

Konsumsi boba tea yang berlebihan menyebabkan munculnya jerawat.
Pasalnya, teh boba bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan menghasilkan panas ekstrim dalam tubuh yang memicu munculnya jerawat.

- Inflamasi

Kandungan gula yang tinggi pada teh boba memicu lonjakan insulin. Kondisi ini bisa membuat kadar gula dalam darah tidak seimbang dan mengakibatkan inflamasi.

Inflamasi juga bisa memperburuk infeksi dan peradangan kulit seperti eksim, rosacea, psoriasis, dan jerawat.

Baca juga: Obesitas Tingkatkan Risiko Covid-19, Begini Baiknya

- Memicu penuaan

Kandungan gula dan karbohidrat yang tingi juga bisa meningkatkan proses glikasi tubuh.

glikasi adalah proses perekatan glukosa dan protein untuk membentuk zat baru yang disebut EGEs.

EGEs bisa melemahkan serat elastin dan kolagen pada kulit. Akibatnya, kulit mudah mengalami kerutan dan penuaan dini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau