Jadi, masih ada kemungkinan kita bisa terserang infeksi meskipun sudah mendapatkan vaksin.
Akan tetapi, vaksin membantu mencegah agar kita tidak mengalami komplikasi parah akibat infeksi.
Selain itu, vaksin juga membantu kita untuk mencapai herd imunity atau kekebalan kelompok.
Pasalnya, patogen penyebab penyakit tidak dapat menyebar ketika sebagian besar orang dalam satu komunitas mendapatkan vaksin.
Baca juga: Kenapa Vaksin Influenza Penting di Masa Pandemi Corona?
Sama seperti obat-obatan lain, vaksin juga dikembangkan lewat proses penelitian ilmiah dan verifikasi yang panjang sebelum diedarkan untuk masyarakat.
Menurut data Cleveland Clinic, pengembangkan vaksin kurang lebih memerlukan waktu hingga 10 tahun.
Tahap-tahap pembuatan vaksin seperti berikut:
Tahap ini dimulai dengan pemeriksaan laboratorium, di mana para ilmuwan mencoba memahami dan mencari tahu bagaimana cara patogen tersebut bekerja untuk menghasilkan antibodi melawan infeksi.
Setelah itu, peneliti mulai mengujikannya dalam kultur sel dan hewan.
Agar bisa dilakukan uji coba ke manusia, vaksin tersebut harus mendapatkan persetujuan dari badan berwenang, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Uji klinis bertujuan untuk memastikan vaksin yang dihasilkan aman dan efektif sebelum disetujui badan berwenang.
Uji klinis terdiri dari tiga fase seperti berikut:
- Fase 1
Vaksin diuji coba ke sejumlah orang. Uji coba fase 1 bertujuan memastikan apakah vaksin tersebut mampu menghasilkan reaksi kekebalan pada manusia dan apa saja efek samping yang dihasilkan,
- Fase 2