Demikian pula, mereka yang makan gorengan tujuh kali atau lebih per minggu memiliki kemungkinan 55 persen lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari satu porsi per minggu.
Kegemukan
Makanan yang digoreng mengandung lebih banyak kalori daripada makanan yang tidak digoreng, jadi makan banyak dapat secara signifikan meningkatkan asupan kalori Anda.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa lemak trans dalam makanan yang digoreng dapat memainkan peran penting dalam penambahan berat badan, karena dapat memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan dan penyimpanan lemak.
Jadi, masalahnya bukan hanya pada jumlah lemaknya, tapi mungkin pada jenis lemaknya juga.
Faktanya, sebuah studi observasional yang meninjau pola makan 41.518 wanita selama delapan tahun menemukan bahwa peningkatan asupan lemak trans sebesar 1 persen menghasilkan kenaikan berat badan 1,2 pound (0,54 kg) pada wanita dengan berat badan normal.
Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?
Di antara wanita yang kelebihan berat badan, peningkatan 1 persen dalam asupan lemak trans menghasilkan penambahan berat badan sebesar 2,3 pon (1,04 kg) selama penelitian.
Sementara itu, peningkatan asupan lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda tidak terkait dengan penambahan berat badan.
Terlepas dari apakah itu karena makanan yang digoreng tinggi kalori atau lemak trans, beberapa penelitian observasi menunjukkan hubungan positif antara asupannya dan obesitas.
4. Gorengan mungkin mengandung akrilamida berbahaya
Akrilamida adalah zat beracun yang dapat terbentuk dalam makanan selama memasak dengan suhu tinggi, seperti menggoreng, memanggang, atau memanggang.
Melansir Medical News Today, akrilamida dibentuk oleh reaksi kimia antara gula dan asam amino yang disebut asparagine.
Makanan bertepung seperti produk kentang goreng dan makanan yang dipanggang biasanya memiliki konsentrasi akrilamida yang lebih tinggi.
Penelitian pada hewan menemukan bahwa itu menimbulkan risiko beberapa jenis kanker.
Namun, sebagian besar penelitian ini menggunakan dosis akrilamida yang sangat tinggi, berkisar antara 1.000–100.000 kali lipat jumlah rata-rata yang terpapar pada manusia melalui makanan.
Baca juga: 12 Makanan yang Mengandung Antioksidan Tinggi
Sementara beberapa penelitian pada manusia telah menyelidiki asupan akrilamida, buktinya beragam.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Cancer, menemukan bahwa zat acrylamide berisiko menimbulkan penyakit kanker ginjal, kanker endometrium, dan kanker ovarium.
Studi lain menunjukkan bahwa akrilamida makanan pada manusia tidak terkait dengan risiko semua jenis kanker umum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.