Selain itu, Tenggara juga kerap mendelegasikan 20 anggota secara bergiliran untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak luar, seperti dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, maupun organisasi atau komunitas lain.
“Sebelum mendirikan Tenggara, saya juga demikian. Awalnya saya coba mengumpulkan uang untuk bisa beli sejumlah buku sebagai sumber referensi. Kemudian, saya cari-cari kesempatan untuk bisa ikut pelatihan-pelatihan Kespro,” kenang dia.
Berjalannya waktu, program Bacarita Kespro yang digagas Tata bersama rekan-rekannya di Tenggara mampu merangkul semakin banyak anak-anak dan remaja di NTT.
Hingga 2019, sedikitnya sudah ada 2.000-an anak dan remaja di 43 komunitas di wilayah NTT yang mendapatkan akses informasi dari Tenggara.
Jangkauan ini mencakup Kota Kupang, Desa Oesao di Kabupaten Kupang, Desa Neke di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Kera di Kabupaten Sumba Timur bersama Kopernik.
Beberapa komunitas yang pernah digandeng Tenggara di antaranya, yakni Komunitas Tuli Kupang, Komunitas Children See Children Do, PAR Benyamin Oebufu Kupang, Persatuan Tuna Daksa Kristiani, Rumah Sejuta Mimpi, Remaja Gereja di Neke Timor Tengah Selatan, dan Komunitas Dusun Flabomora.
Untuk memperluas akses edukasi pendidikan seksual dan reproduksi di NTT, Tenggara telah berkolaborasi dengan BKKBN, KPAI, dan Woman for Indonesia.
Kegiatan edukasi Bacarita Kespro juga sudah mendapat dukungan dari International Youth Alliance for Family Planning (IYAFP), termasuk beberapa kolaborasi dari lembaga internasional lainnya.
Oleh karena itu, Tata bersama rekannya-rekannya di Tenggara kini tidak jarang diundang pula untuk berbagai informasi mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi di sekolah-sekolah, kampus-kampus, atau komunitas di luar PMSEU lainnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.