Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2020, 14:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Belakangan di kalangan anak muda muncul tren penggunaan rokok elektrik.

Disajikan dalam kemasan yang begitu berwarna dan menarik, serta memiliki pilihan rasa yang sangat beragam, membuat rokok elektrik mudah diterima kawula muda dan bahkan anak-anak.

Adanya kabar mengenai rokok elektrik aman bagi kesehatan dan dapat membantu berhenti merokok juga membuat rokok jenis ini akhirnya sekarang jamak dimanfaatkan oleh banyak orang.

Padahal, menurut Dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto, Sp.P (K), FISR, anggapan itu keliru.

Baca juga: Dokter: Rokok Elektrik Bisa Lebih Berbahaya Ketimbang Rokok Tembakau

Bahaya nikotin

Dia meyakini rokok elektrik sama saja dengan rokok konvensional atau rokok tembakau yang mengandung nikotin.

Nikotin bisa dibilang adalah isi wajib dari rokok elektrik karena nikotin itulah yang menjadi jualan utamanya.

Nikotin dimasukkan ke dalam rokok elektrik agar orang-orang menjadi ketagihan.

Ketika sudah kecanduan, orang-orang menjadi tidak bisa lepas dari pengaruh nikotin, meski zat tersebut jelas bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Berikut ini beberapa bahaya nikotin dalam rokok elektrik menurut dr. Yusuf:

1. Ketergantuan

Nikotin yang terkandg di dalam rokok elektrik dapat merangsang otak melepas hormon dopamin (membuat senang), sehingga menimbulkan efek ketergantungan.

Maka dari itu, dr. Yusuf menegaskan, rokok elektrik tak akan membantu seseorang untuk berhenti merokok.

Baca juga: Bagaimana Asap Rokok Bisa Picu Kanker Paru-Paru?

2. Bahayakan paru-paru

Nikotin diketahui dapat meningkatan risiko seseorang mengalami peradangan pada paru-paru.

Selain itu, nikotin juga bisa melemahkan kemampuan jaringan pelindung di paru-paru untuk melindungi organ vital tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau