"Pada awalnya kami menemukan banyak orangtua maupun pendamping masih memandang, 'memangnya penting ya ajar anak-anak soal seks?',” tutur Tata saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (23/12/2020).
Dia melihat pada waktu itu, pembicaraan ataupun pendidikan terkait kesehatan seksual dan reproduksi memang masih dianggap tabu atau tidak patut untuk diperbincangkan oleh masyarakat.
Beberapa orangtua maupun pendamping komunitas bahkan memandang pendidikan seks sama saja seperti mengajarkan pornografi.
Mereka beranggapan anak-anak akan mengetahui sendiri tentang seks apabila sudah besar dan dewasa.
“Orangtua atau pendamping masih bertanya, kaya, ‘Buat apa sih ajar anak cara cebok? Buat apa sih mengomong soal haid atau mimpi basah? Kenapa bahasnya pacaran?’," beber dia.
Mendapati persoalan seperti itu, Tata tentu tak mau menyerah.
Perempuan kelahiran Kiupukan, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT ini akan berupaya lebih keras untuk meyakinkan orangtua atau pendamping bahwa penting pemahaman akan kesehatan seksual dan reproduksi diberikan sejak dini kepada anak.
Dia pun bersyukur setelah dilakukan pendekatan lebih lanjut, hampir semua orangtua maupun pendamping yang ditemui Tenggara mau terbuka atau diajak bekerja sama.
Pendekatan yang dilakukan Tenggara, yakni bukan hanya menjelaskan secara personal kepada para orangtua atau pendamping tentang pentingnya pendidikan seks dan reproduksi sebelum diadakan Bacarita Kespro.
Tenggara juga kerap kali mengajak para orangtua dan pendamping untuk ikut serta dalam forum edukasi tersebut bersama anak-anak.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.