KOMPAS.com – Tetanus adalah infeksi serius yang dapat memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan otot di sejujur tubuh menegang.
Tak hanya itu, tetanus bahkan bisa menyebabkan kematain.
Melansir Medical News Today, jika penderita atau pasien tetanus tidak menerima pengobatan, risiko komplikasi yang mengancam jiwa lebih tinggi dan angka kematian bervariasi dari 40 hingga 76 persen.
Baca juga: 5 Ciri-ciri Tetanus yang Perlu Diwaspadai
Komplikasi tetanus yang dapat terjadi, termasuk:
Hampir semua kasus tetanus terjadi pada orang yang belum pernah divaksinasi atau orang dewasa yang tidak mendapatkan suntikan penguat tetanus 10 tahun sekali untuk memastikan kekebalan.
Jika Anda termasuk kelompok orang tersebut, kiranya penting untuk mewaspadai beragam penyebab tetanus sebagai langkah antisipasi terkena penyakit ini.
Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun
Melansir Health Line, penyebab tetanus pada dasarnya adalah bakteri yang disebut Clostridium tetani.
Spora bakteri ini dapat ditemukan antara lain di debu, tanah, dan kotoran hewan.
Spora adalah badan reproduksi kecil yang diproduksi oleh organisme tertentu.
Spora sering kali tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras, seperti panas tinggi.
Seseorang dapat terinfeksi tetanus ketika spora bakteri Clostridium memasuki aliran darah melalui luka lecet atau luka yang dalam.
Spora bakteri kemudian menyebar ke sistem saraf pusat dan menghasilkan racun yang disebut tetanospasmin.
Baca juga: 16 Penyakit pada Manusia yang Disebabkan oleh Virus
Racun ini adalah racun yang dapat menghalangi sinyal saraf dari sumsum tulang belakang ke otot.
Hal itu dapat menyebabkan kejang otot yang parah.
Cara umum tertular tetanus meliputi:
Sedangkan cara tertular tetanus yang lebih jarang terjadi, meliputi:
Baca juga: 14 Penyebab Nyeri Bahu dan Cara Mengobatinya
Perlu diingat, tetanus tidak menular dari orang ke orang.
Infeksi terjadi di seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di daerah beriklim panas dan lembab dengan tanah yang subur.
Infeksi tetanus juga lebih umum di daerah padat penduduk.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa gejala tetanus, seperti otot kaku dan kejang yang menyakitkan.
Tidak seperti banyak penyakit lainnya, tetanus pada umumnya tidak didiagnosis melalui tes laboratorium.
Namun, dokter mungkin masih melakukan tes laboratorium untuk membantu menyingkirkan penyakit dengan gejala serupa. Ini termasuk meningitis, infeksi bakteri yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang, atau rabies, infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan otak.
Baca juga: Kapan Harus Pergi ke Dokter Saat Diare?
Dokter juga akan mendasarkan diagnosis tetanus pada riwayat imunisasi.
Seseorang berisiko lebih tinggi terkena tetanus jika belum diimunisasi atau jika terlambat mendapatkan suntikan penguat.
Perawatan tetanus tergantung pada tingkat keparahan gejala tenanus atau ciri-ciri tetanus yang dialami.
Tetanus biasanya diobati dengan berbagai terapi dan pengobatan, seperti:
Dalam beberapa kasus, prosedur pembedahan yang disebut debridement dapat digunakan untuk mengangkat jaringan mati atau terinfeksi.
Jika seseorang dengan tetanus mengalami kesulitan menelan dan bernapas, mereka mungkin memerlukan tabung pernapasan atau ventilator, yakni mesin yang memindahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru.
Baca juga: 10 Penyebab Leher Sakit dan Cara Mengatasinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.