SOLO, KOMPAS.com – Siti Rahayu, 43, tak bisa mengelak ketika omzetnya harus turun drastis mulai akhir Maret 2020.
Kabar tentang adanya sejumlah orang di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng) yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan beberapa di antaranya telah meninggal dunia, membuat warung sembakonya sepi pembeli.
Padahal, warga RT 004/RW 009 Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo ini terhitung belum lama mulai merintis usaha kecilnya itu.
Sebelumnya, Siti pernah bekerja di perusahan pengepul atau gudang kertas bekas di wilayah Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo. Tapi di tengah jalan, dia memilih untuk resign agar bisa lebih dekat dengan sang buah hati.
“Omzet saya turun lebih dari 80 persen saat itu. Warung sepi,” tutur Siti saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (8/3/2021).
Mendapati himpitan ekonomi yang semakin berat ini, Siti tentu tak mau tinggal diam. Apalagi, dia adalah tulang punggung keluarga. Sudah sejak 2011, dia memutuskan untuk berpisah dengan sang suami.
Siti kini tinggal bersama satu putrinya yang kebutuhannya harus dia cukupi.
Tidak mau menunggu lama, pada pertengahan Apri 2020, Siti kemudian mencoba menjual aneka makanan ringan dan makanan berat.
Misalnya, dia mulai membikin kue ladrang, pisang crispy, singkong keju, hingga mini bakso ayam untuk ditawarkan secara online via WhatsApp (WA).
Namun, karena keterbatasan modal, Siti terpaksa hanya bisa menjual berbagai jenis makanannya tersebut dengan sistem pre-order.
Setelah terus mencoba mengunggah promosi, usahanya ini ternyata tak bisa membuahkan hasil maksimal seperti yang diharapkan.
Dia mengaku tak banyak ketiban order.
Siti pun bingung. Padahal, kebutuhan hidup selama pandemi cenderung naik.
Pasalnya, dia kini merasa perlu membeli banyak perlengkapan perlindungan kesehatan untuk mencegah penularan virus corona.
Belum lagi, putrinya yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMP butuh disediakan kuota data internet untuk menunjang proses pembelajaran daring di rumah.
Baca juga: Jangan Lupakan TB di Tengah Pandemi
Di tengah kekacauan hati dan pikiran akibat pandemi, Siti merasa sangat beruntung ketika tiba-tiba terjaring program pemberdayaan perempuan rentan bertajuk Pemda Dirapid Test (Perempuan Berdaya di Era Pandemi Covid-19) yang diadakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
Dia dilibatkan setelah lebih dulu terdata di Kelurahan sebagai perempuan kepala keluarga.
Dalam program ini, Siti bersama ratusan perempuan rentan lainnya dari berbagai wilayah di Kota Bengawan mulanya diajak untuk mengikuti pelatihan membuat masker kain dan face shield.
Selama berhasil memproduksi alat pelindung diri (APD) tersebut jangka waktu tertentu, peserta pelatihan akan diberi reward semacam upah.
Dari upah ini, Siti bersyukur bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Uang yang diperoleh bahkan bukan hanya cukup untuk menyambung hidup, tapi juga menjadi modal pengembangan usaha.
Dia saat itu mulai bekerja sama dengan saudaranya untuk menawarkan lebih banyak pilihan makanan, seperti snak khas Solo, rice box atau bento kids, roti kering, aneka tumpeng, hingga beragam kue tart.
“Saya beruntung pemerintah saat itu merespons kondisi masyarakat, khususnya kami perempuan kelompok rentan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan,” tutur dia.
Selain membuat masker dan face shield, Siti terlibat dalam pelatihan membuat hand sanitizer dan olahan makanan layak jual. Baginya, kedua pelatihan ini juga sangat bermanfaat .
Ketika mampu membuat hand sanitizer, Siti setidaknya bisa menekan pengeluaran untuk membeli bahan itu di luar. Dia bahkan bisa menjual produknya ke orang lain.
Namun, yang membuat Siti lebih senang adalah dia pada akhirnya bisa membagikan informasi cara membuat hand sanitizer kepada kerabat maupun para tetangganya. Dia menjadi merasa bermanfaat bagi orang lain.
Sementara, pelatihan membuat olahan makanan dapat digunakan Siti untuk mengembangan usahanya yang telah dirintis.
Baca juga: Ini Penjegal Solo Kota Layak Anak
Dalam pelaksanaan program Pemda Dirapid Test, Pemkot Solo bukan saja mengadakan kelas pelatihan.
Pemkot melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Solo juga membentuk Forum Perempuan Berdaya Tingkat Kota Solo yang juga khusus menyasar perempuan rentan.
Kriteria perempuan rentan yang dilibatkan di antaranya, yakni:
Siti masuk dalam kategori perempuan kepala keluarga. Tapi, dia kini mendapat amanah untuk menjadi Koordinator Forum Perempuan Berdaya Jaringan Pengaman Ekonomi (JPE) Kelompok KDRT.
Dia berpendapat, pembentukan Forum Perempuan Berdaya yang telah diberi nama Srikandi Maju ini sangat bermanfaat bagi para anggota.
Menurut Siti, Forum Perempuan Berdaya ini yang pasti bisa membantu menjamin keberlangsungan program pelatihan yang telah diadakan.
“Jadi istilahnya kami sekarang tidak ditelantarkan begitu saja setelah pelatihan. Ada monitoring terus dari Dinas, pengurus, maupun komunikasi sesama anggota lewat Forum ini,” ungkap dia.
Siti mencontohkan, apabila menemui masalah, misalnya perlu dukungan atau pelatihan tambahan untuk peningkatan usaha, para anggota kini bisa mengajukan dan mendiskusikannya di Forum sebelum kemudian disampaikan kepada dinas atau pihak terkait.
Karena sesuai kebutuhan, input yang diperoleh anggota diharapkan bisa lebih mengena. Begitu pula dengan outputnya.
Forum juga terbuka untuk membahas berbagai persoalan lain, seperti temuan dan penanganan kasus KDRT, trauma psikologis, ataupun gangguan kesehatan yang dialami anggota.
“Jadi kami sekarang bisa saling support dalam berbagai masalah, bukan hanya soal ekonomi,” kata Siti.
Setelah bergabung dengan Forum, Siti pun bersyukur jika penghasilannya mulai stabil naik.
Dia terbantu oleh rekan-rekannya di Forum yang mau memberikan masukan terhadap usahanya, termasuk ikut membeli maupun membantu mempromosikan produk daganganya.
“Ya (omzet) naik. Tapi ya yang terpenting dari ini (ikut program), saya sekarang senang bisa tambah saudara dan tambah ilmu,” tutur dia.
Ketua Forum Perempuan Berdaya Kota Solo, Novilia Susianawati, bercerita sejak awal pandemi Covid-19 hingga Maret 2021 sekarang, sudah ada cukup banyak pelatihan yang digelar oleh berbagai pihak, terutama Pemkot Solo dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng untuk anggota Forum.
Selain pelatihan membuat masker dan face shield, sebagian anggota Forum juga telah berkempatan untuk menimba ilmu tentang cara membuat hand sanitizer di Laboratorium Univesitas Sebelas Maret (UNS) Solo, pelatihan membuat kerajinan tangan layak jual, pelatihan memasak aneka ragam makanan layak jual, termasuk pengenalan transaksi jual beli melalui platform digital.
“Saya melihat teman-teman sangat antusias mengikuti berbagai pelatihan yang sudah diadakan. Ya kondisinya memang kami butuh (dukungan),” tutur dia.
Forum Perempuan Berdaya Srikandi Maju secara resmi telah di-launching oleh mantan Wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo pada 10 September 2020.
Novilia menuturkan, jumlah anggota Forum kini sudah mencapai 520 orang lebih. Jumlah itu masih mungkin akan terus bertambah.
Pasalnya, melalui Forum Perempuan Berdaya, para anggota juga telah diarahkan untuk dapat menjaring perempuan rentan lainnya yang belum teradvokasi.
“Saya sudah sampaikan kepada yang lain, bahwa kita sesama perempuan harus bisa saling bantu dan punya rasa persaudaraan yang kuat. Kalau ada yang butuh bantuan, tolong sebisa mungkin dirangkul,” ujar dia.
Perempuan kepala keluarga lainnya yang tergabung dalam Forum Perempuan Berdaya, Sri Hastuti, 46, menyebut bahwa pandemi Covid-19 membuat dirinya harus berpikir ekstra bukan hanya untuk bertahan hidup tapi juga melaluinya. Tuti memanfaatkan pelatihan yang telah diterimanya di bidang kuliner untuk membuka usaha.
“Saya bertemu dengan banyak teman senasib dan kami punya pemikiran untuk dapat berjuang bersama. Pandemi ini jangan sampai jadi penyebab semakin terpuruk, tapi semua harus bangkit lebih kuat lagi demi keluarga,” tutur Tuti.
Baca juga: Dari Pilah Sampah, Sehat Diraih, Simpanan Emas pun Bertambah
Kabid Pemberdayaan Perempuan DP3APM Solo, Selfi Rawung, mengatakan banyak orang mungkin selama ini menganggap bahwa perempuan kepala keluarga dan perempuan rentan lainnya banyak yang tidak tersentuh pemerintah.
Jika orang-orang benar berpikir demikian, dia ingin meluruskan, hal itu tidaklah terjadi di Solo.
Menurut Selfi, Pemkot sudah cukup sering mengadakan pelatihan maupun pendampingan terhadap kelompok perempuan rentan, jauh sebelum pandemi.
Tapi, memang baru pada tahun kemarin DP3APM berinisiatif membentuk Forum Perempuan Berdaya tingkat kota. DP3APM ingin memanfaatkan pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk memperkuat pemberdayaan perempuan rentan di Solo.
"Sebelumnya teman-teman jalan sendiri-sendiri. Kami kemudian coba kumpulkan mereka dalam forum supaya semakin ada rasa saling memiliki, upaya saling melindungi, dan saling mengadvokasi satu sama lain. Upaya monitoring kami terhadap warga rentan ini juga menjadi kian mudah," kata dia.
Selfi berharap melalui Forum Perempuan Berdaya Srikandi Maju, perempuan kepala keluarga maupun perempuan rentan lainnya bisa semakin produktif dan kian menunjukkan eksistensinya.
Di mana, pada akhirnya mereka diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan keluarga.
"Lebih jauh lagi, adanya Forum ini semoga bisa memberikan kepercayaan diri kepada perempuan rentan untuk ikut dalam organisasi politik karena mempunyai hak yang sama untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam segala bidang," tutur dia.
Dia memastikan, Forum Perempuan Berdaya Srikandi Maju tak hanya akan eksis selama pandemi.
DP3APM telah berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain, seperti Dinkop UKM, Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan, Dinas Kominfo SP, hingga Dishub guna membahas berbagai kemungkinan penyelenggaraan program yang bisa diperuntukkan atau diikuti oleh anggota Forum ke depan.
Hasil koordinasi itu pun perlahan mulai terealisasi.
Misalnya, belum lama ini DP3APM sudah diminta oleh Dinkop UKM untuk mengirim anggota Forum atau perempuan rentan guna mengikuti pembinaan terkait dengan permodalan usaha.
DP3APM bersyukur OPD lain merespons cepat ajakan pemberdayaan terhadap perempuan yang notabene masuk kategori rawan sosial ini.
Baca juga: Kenali 2 Bahaya Serius Sunat pada Perempuan
"Di bidang Pemberdayaan Perempuan DP3APM sendiri, anggaran sudah masuk untuk kegiatan Forum selama lima tahun ke depan. Kami sudah memasukkan anggaran di DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Pemkot Solo," ungkap Selfi.
Sebagai program jangka menengah, DP3APM menargetkan dalam setahun ini dapat membentuk Forum Perempuan Berdaya Srikandi Maju di tingkat kelurahan dan kecamatan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender (KKG).
Di masing-masing forum itu, kemudian akan dibentuk juga kelompok UMKM untuk membangkitkan perekonomian anggota.
"Kami ingin mengajak kaum perempuan bisa berjuang bersama-sama dan semakin solid menghadapi berbagai tantangan hidup yang mungkin semakin sulit selama pandemi ini," tutur Selfi.
Sementara itu, Kepala DP3APM Solo, Sri Wardhani, menjelaskan Pemda Dirapid Test merupakan program yang dibuat untuk banyak tujuan, seperti mendongkrak kemandirian perempuan, meningkatkan kesetaraan gender, mewujudkan program 3 WMP (Waras, Wasis, Wareg, Mapan, dan Papan), hingga memberikan perlindungan dan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.
Dhani yakin program pemberdayaan ekonomi perempuan ini bisa sampai berdampak jauh pada penanggulangan kasus kekerasan terhadap perempuan, terutama di lingkup rumah tangga.
Mengapa demikian? Dia menjelaskan, jika setelah mengikuti program ini para perempuan mampu menghasilkan atau meningkatkan pendapatan, posisi tawar mereka akan meningkat, sehingga suami diharapkan tidak mudah melakukan kekerasan terhadap istri.
Selain itu, lewat Forum yang terbentuk dari program Pemda Dirapid Test, para perempuan rentan ini bisa secara langsung belajar mengenai upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah maupun mengatasi kasus kekerasan terhadap perempuan.
Proses edukasi ini bisa terjadi secara formal lewat program yang diadakan Forum ataupun secara informal melalui aktivitas diskusi sehari-hari anggota.
DP3APM sendiri mencatat, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan naik selama pandemi Covid-19 tahun 2020. Selama setahun itu, DP3APM mendapati 30 lebih kasus KDRT terhadap perempuan.
Angka itu jauh lebih banyak daripada dua tahun sebelumnya, yakni 15 kasus pada 2018, dan 17 kasus KDRT terhadap perempuan pada 2019.
DP3APM menganalisis, beberapa kondisi, seperti stres, terganggunya jejaring perlindungan dan sosial, hilangnya pendapatan dalam keluarga, dan menurunnya akses ke layanan publik, semuanya dapat meningkatkan risiko kekerasan bagi perempuan selama pandemi.
“Dalam penyelenggaraan program Pemda Rapid Test ini, kami juga melibatkan relawan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga), khususnya dalam pelayanan konsultasi psikologi dan penyuluhan. Targetnya, angka kekerasan terhadap perempuan bisa terus turun, bahkan kalau bisa jangan sampai ada,” jelas Dhani.
Baca juga: Nyata Bahayakan Anak, Rokok Diserukan Naik Harga
Anggota Pusat Penelitian Kependudukan dan Gender (PPKG) UNS Solo, Monika Sri Yuliarti, menganggap program Pemda Rapid Test yang digagas Pemkot Solo dalam rangka pemberdayaan terhadap perempuan rentan terutama di masa pandemi layak dicontoh oleh daerah lain.
Perempuan yang sehari-hari menjadi dosen FISIP UNS tersebut merasa program pemberdayaan ini unggul karena tidak hanya berhenti di ranah pelatihan.
Dia melihat selama ini mungkin sudah ada banyak pihak yang mengklaim telah melakukan tindakan pemberdayaan terhadap kelompok perempuan rentan.
Tapi yang terjadi, menurut Monika, kebanyakan program di mana-mana berhenti hanya di kegiatan pelatihan. Penyelenggara tidak melakukan pemantauan terhadap peserta pelatihan lebih jauh.
“Kalau memang dalam Forum Perempuan Berdaya di Solo ada dilakukan pengawalan, misalnya sampai memastikan anggota bisa memasarkan produk dengan baik, berhasil me-manage bisnis, hingga memperoleh untung, itu bagus,” kata dia kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021).
Dia memberi masukan kepada Pemerintah, bahwa sebaiknya jangan sering-sering berjalan sendiri dalam melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat.
Pemerintah perlu berkolaborasi dengan sejumlah pihak, seperti industri, pelaku usaha, termasuk perguruan tinggi agar hasil pemberdayaan diharapkan bisa lebih maksimal.
“Saya melihat kelemahan di kita punya niat baik tapi senangnya jalan sendiri-sendiri. Yang baik ya berintegrasi, saling mengolaborasi kelebihan masing-masing,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.