Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/05/2021, 12:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Sepsis adalah kondisi ketika respons tubuh terhadap infeksi merusak jaringannya sendiri.

Sepsis berkembang ketika bahan kimia yang dilepas sistem kekebalan ke aliran darah untuk melawan infeksi menyebabkan peradangan di seluruh tubuh.

Sepsis termasuk kondisi yang tak boleh dibiarkan begitu saja karena bisa mengancam nyawa.

Baca juga: Sepsis: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

Melansir Mayo Clinic, saat sepsis memburuk, aliran darah ke organ vital, seperti otak, jantung, dan ginjal dapat terganggu.

Sepsis bisa menyebabkan pembekuan darah tidak normal yang mengakibatkan gumpalann kecil atau pecahnya pembuluh darah yang bisa merusak dan menghancurkan jaringan.

Bahaya sepsis yang perlu diwaspadai

Kebanyakan orang dilaporkan dapat sembuh dari sepsis ringan. Tapi, angka kematian akibat syok septik mencapai 40 persen kasus.

Syok septik adalah komplikasi sepsis. Kasus sepsis yang parah dapat menyebabkan kondisi ini.

Syok septik merupakan penurunan tekanan darah secara signifikan yang dapat menyebabkan masalah organ yang parah dan kematian.

Dilansir dari Everyday Health, meskipun syok septik adalah komplikasi dari sepsis, syok septik memiliki kemungkinan komplikasi tersendiri.

Ini karena tekanan darah rendah yang berbahaya memengaruhi kadar oksigen dan aliran darah.

Baca juga: Sepsis: Gejala, Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan

Jika sepsis yang parah dapat membatasi fungsi organ, syok septik bisa menyebabkan kegagalan organ total jika peradangan dan tekanan darah rendah tidak terkontrol.

Akibat peradangan parah yang memicu pembekuan darah dan tekanan darah rendah yang menyebabkan aliran darah tidak memadai, organ mungkin tidak menerima oksigen atau darah yang cukup untuk berfungsi dengan baik.

Berikut ini adalah komplikasi atau bahaya sepsis dan syok septik yang bisa terjadi:

  1. Gagal ginjal
  2. Disfungsi jantung
  3. Gagal napas
  4. Stroke
  5. Gagal fungsi banyak organ lainnya
  6. Amputasi anggota tubuh

Kematian sangat mungkin bisa terjadi jika beberapa sistem organ tubuh pada penderita sepsis sudah tidak lagi berfungsi dan mati.

Baca juga: 4 Jenis Syok yang Bisa Sebabkan Kematian

Selain kemungkinan kegagalan organ, syok septik memang dapat pula menyebabkan amputasi anggota tubuh.

Risiko amputasi meningkat ketika gumpalan darah terbentuk di dalam tubuh.

Mengapa demikian?

Gumpalan darah pada dasarnya bisa mencegah aliran darah.

Ketika bagian tubuh kekurangan darah dan oksigen dalam jangka panjang, jaringan tubuh mulai mati.

Terkadang, kerusakan bisa diperbaiki.

Ketika terlalu banyak jaringan tubuh yang mati, satu-satunya pilihan adalah membuang jaringan yang mati. Ini mungkin melibatkan pengangkatan jari, jari kaki, kaki, lengan, atau tungkai.

Bahkan jika seseorang pulih dari syok septik, dia mungkin hidup dengan gejala pasca-sepsis selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Gejala pasca-sepsis dapat berupa insomnia, kelelahan, depresi, dan penurunan kognitif.

Oleh sebab itu, jika Anda mencurigai memiliki gejala sepsis, penting bagi Anda untuk bisa segera pergi ke dokter atau rumah sakit.

Baca juga: 4 Tahapan dan Gejala Syok Hipovolemik, Saat Volume Darah Turun

Semakin lama Anda menunggu atau menunda pergi ke dokter, maka kian besar pula risiko infeksi berkembang menjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa.

Perlu dipahami bahwa banyak orang yang didiagnosis mengalami syok septik tidak dapat bertahan hidup.

Karena kondisi ini membebani sistem kekebalan, ada juga risiko infeksi berulang setelah perawatan.

Oleh karena itu, mempelajari gejala sepsis dan mendapatkan pengobatan dini adalah kesempatan terbaik untuk bisa bertahan hidup.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau