Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Obat Penurun Panas yang Bisa Dibeli Tanpa Resep

Kompas.com - 23/05/2021, 14:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Badan panas atau demam sebenarnya bukanlah suatu penyakit.

Dilansir dari Mayo Clinic, demam merupakan salah satu mekanisme tubuh ketika bereaksi terhadap sesuatu yang dianggap tidak normal, seperti infeksi virus atau bakteri.

Tujuan kenaikkan suhu tubuh tersebut adalah agar kuman tidak nyaman berada di dalam tubuh.

Baca juga: 3 Definisi Demam Berdasarkan Lokasi Pengukuran Suhu

Demam juga merupakan salah satu cara alami mengaktifkan sistem pertahanan tubuh.

Demam membuat sel-sel darah putih lebih aktif dalam melawan virus dan bakteri penyebab penyakit.

Jadi, demam punya fungsi yang baik bagi kesehatan.

Obat penurun panas

Demam yang menjadi gejala penyakit tidak berbahaya sebetulnya tidak perlu diobati.

Pasalnya, apabila setiap kali demam seseorang minum obat penurun panas, hal itu bisa menghentikan kerja tubuh normal dalam melawan kuman dan meningkatkan imunitas.

Jadi, sebaiknya pada kondisi tertentu saja obat penurun panas perlu dikonsumsi.

Misalnya, demam berpotensi menyebabkan risiko buruk seperti dehidrasi dan kejang jika dibiarkan.

Pada bayi, obat demam bisa diberikan ketika mereka rewel dan kurang istirahat.

Setidaknya ada tiga jenis obat penurun panas yang bisa diberi bebas tanpa resep dokter.

Ketiga jenis obat demam tersebut, yakni paracetamol dan obat-obatan dari golongan antiinflamasi non steroid (AINS), seperti ibuprofen dan aspirin.

Baca juga: 14 Makanan Penurun Panas Demam yang Baik Dikonsumsi

Berikut penjelasannya:

1. Ibuprofen

Selain bisa membantu menurunkan panas, ibuprofen juga dapat meredakan peradangan atau inflamasi dan nyeri di tubuh.

Dilansir dari Buku Orangtua Cermat Anak Sehat (2012) karya dr. Arifianto, Sp.A, ibuprofen hanya boleh digunakan pada anak berusia di atas enam bulan dan tidak boleh diberikan kepada seseorang dengan gejala muntah berulang.

Salah satu efek samping ibuprofen adalah iritasi pada saluran cerna dan menyebabkan muntah, sehingga dikhawatirkan jika diberikan kepada anak demam dengan muntah khususnya, justru akan memperberat gejala muntah.

Baca juga: 8 Gejala Demam Berdarah (DBD) yang Perlu Diwaspadai

2. Aspirin

Selain menurunkan demam, aspirin bisa dimanfaatkan juga untuk membantu meredakan nyeri ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, pilek, dan arthritis.

Namun, jangan pernah memberikan aspirin pada anak yang demam karena memiliki efek samping seperti mual, muntah, perdarahan saluran cerna, dan yang terberat adalah sindom Reye.

3. Paracetamol

Obat ini bisa digunakan sebagai penurun demam sekaligus meringankan gejala lain seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit punggung, dan nyeri lain.

Paracetamol di pasaran dapat ditemui dalam bentuk tablet, sirup, atau lainnya.

Bisa dikatakan, paracetamol adalah obat penurun panas yang paling aman untuk dikonsumsi, termasuk pada anak-anak dengan dosis 10-15 mg/kg berat badan setiap kali minum.

Sebagai contoh, jika anak mempunyai berat badan 8 kg, maka dosis paracetamol yang dibutuhkan adalah 80-120 mg untuk tiap pemberian.

Saat ini sediaan paracetamol cair yang beredar di pasaran ada dua, yakni paracetamol tetes (drop) dan paracetamol sirup.

Kedua sediaan ini memiliki konsentrasi yang berbeda. Maka dari itu, Anda harus memperhatikan sediaan obat dan konsentrasinya.

Baca juga: Paracetamol atau Ibuprofen, Mana yang Lebih Baik untuk Obat Demam?

Paracetamol tetes pada umumnya mempunyai konsentrasi 80 mg/0,8 ml atau setara dengan 100 mg/ml.

Sementara, paracetamol sirup mempunyai konsentrasi 160 mg/5 ml atau setara dengan 32 mg/ml.

Pada anak dengan berat badan 8 kg yang membutuhkan 80-120 mg paracetamol, maka dia memerlukan 0,8-1,2 ml paracetamol tetes atau 3 ml paracetamol sirup (3 ml setara dengan 96 mg, masuk kisaran 80-120 mg).

Senada, dalam Buku Obat Sehari-hari (2014) karya M. Sholekhudin, dijelaskan bahwa jika memang obat penurun panas harus diberikan, obat pilihan utama yang dianjurkan adalah paracetamol.

Dibandingkan dengan obat penurun panas lainnya, termasuk ibuprofen, paracetamol paling aman asalkan digunakan dengan dosis normal dan tidak dalam jangka panjang.

Apabila pasien tidak bisa menelan obat, alternatifnya bisa menggunakan paracetamol dalam bentuk supositoria yang dimasukkan ke dalam dubur.

Baca juga: Sindrom Reye: Penyebab, Gejala, Cara Menangani, dan Cara Mencegah

Jika paracetamol sudah tidak mempan dalam mengobati demam, ibuprofen baru bisa digunakan.

Meski memiliki kemampuan menurunkan panas lebih kuat, ibuprofen memang lebih baik dijadikan pilihan kedua sebagai obat penurun panas karena punya efek samping yang lebih banyak.

Perlu diperhatikan bahwa dalam mengonsumsi dua obat penurun panas ini jangan pernah digabung atau dilakukan secara bersamaan. Sebaiknya gunakan salah satu obat penurun panas ini saja.

Jika kedua jenis obat penurun panas ini dikonsumsi dalam waktu bersamaan atau berdekatan, berisiko menimbulkan overdosis.

Sementara untuk aspirin, sebaiknya tidak menggunakan obat ini atas saran dokter kerena punya efek samping yang lebih banyak, terlebih oleh anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau