Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Fisik yang Bugar, Mengapa Atlet Bisa Mengalami Serangan Jantung?

Kompas.com - 13/06/2021, 16:36 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kita mungkin berpikir menjadi seorang atlet akan terbebas dari brbagai penyakit.

Sebab, atlet memiliki daya tahan tubuh yang baik serta pola makan yang tentunya terjaga.

Faktanya, ada juga atlet yang mengalami serangan jantung ketika bertanding.

Eric Larose ahli jantung di Quebec Heart and Lung Institute mengatakan, sebagian besar pria meninggal karena serangan jantung.

Sebenarnya, hal itu bisa dicegah kita jika memahami faktor risiko dan tanda peringatan dini.

Andrew Hamilton peneliti ilmu olahraga yang berspesialisasi dalam nutrisi olahraga, melakukan olahraga tingkat tinggi lebih dari tiga jam membuat kita rentan mengalami serangan jantung akut atau kematian jantung mendadak.

Baca juga: 8 Gejala Penyakit Batu Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Peneliti di University of Innsbruck di Austria juga membuktikan hal yang sama.

Riset yang mereka lakukan membuktikan bahwa olahraga berlebihan memberi lebih banyak tekanan pada jantung. Hal ini bisa memicu kerusakan miokard.

Risiko serangan jantung pada atlet

Menurut para peneliti, banyak dari atlet yang terlatih mungkin mengalami cedera jantung sub-klinis selama pertandingan.

Hal inilah yang bisa memicu kematian pada sel otot jantung. Belum diketahui apa yang memicu kematian pada sel otot jantung.

Namun, peneliti menduga bahwa tingkat adrenalin/noradrenalin yang meningkat selama pertandingan yang berkepanjangan bisa memicu penyempitan arteri koroner, yang mengakibatkan kematian sel lokal di dalam jantung.

Adrenalin dan noradrenalin – juga dikenal sebagai epinefrin dan norepinefrin – adalah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap situasi stres.

Kematian sel jantung selama olahraga berat bosa memicu seragan jantung meskipun fungsi jantung atlet bekerja dengan baik.

Selain itu, enzim troponin I yang menjadi prediktor gangguan janung seringkali tidak terdeteksi pada serum darah orang sehat.

Namun, enzim tersebut biasanya ditemukan pada mereka yang menderita infark miokard (serangan jantung), gagal jantung kongestif, atau miokarditis (radang otot jantung).

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Olahraga Lari

Untuk menghindari hal itu, American Heart Association merekomendasikan agar atlet menjalani pemeriksaan fisik dan EKG.

EKG dapat mengidentifikasi penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya pada remaja yang memiliki riwayat keluarga dengan kematian jantung dini. 

Ketika terjadi insiden tersebut, para pelatih juga harus memiliki pegetahuan tentang CPR.

Melakukan CPR dapat membuat perbedaan besar dalam tingkat kelangsungan hidup di antara mereka yang mengalami kejadian jantung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau