Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mengatasi Anosmia Akibat Covid-19 dengan Latihan Penciuman

Kompas.com - 01/07/2021, 16:31 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Anosmia adalah istilah medis untuk keluhan hidung tidak bisa mencium bau atau kehilangan indera penciuman.

Kondisi ini belakangan mesti diwaspadai karena bisa menjadi gejala Covid-19.

Bahkan dalam kasus ringan, pasien Covid-19 sering melaporkan tidak bisa mencium bau dan kemudian mengalami kehilangan indra pengecap.

Baca juga: 10 Penyebab Hidung Tidak Bisa Mencium Bau, Bukan Hanya Gejala Covid-19

Indra penciuman manusia memang sangat terkait dengan indra pengecap.

Oleh sebab itu, gejala anosmia bukan hanya tidak bisa mencium bau. Penderita juga dapat mengalami kesulitan merasasakan makanan maupun minuman yang masuk ke mulut.

Selain karena menjadi gejala Covid-19, kondisi anosmia sendiri penting diwaspadai karena bisa berdampak pada banyak hal di hidup kita.

Misalnya, tanpa bisa mencium bau dan mengecap rasa, kita mungkin akan kehilangan nafsu makan yang pada akhirnya dapat mengganggu pemenuhan nutrisi sehari-hari.

Tanpa kemampuan mendeteksi bau, kita juga mungkin tidak bisa mencium kebocoran gas, asap dari api, atau makanan basi.

Cara mengatasi anosmia dengan latihan penciuman

Dilansir dari Verywell Health, para peneliti telah menemukan bahwa latihan penciuman dapat membantu orang-orang mendapatkan kembali kemampuan mereka untuk mendeteksi aroma atau bau.

Tapi, sementara belum diketahui seberapa efektif latihan penciuman dapat membantu dalam mengatasi anosmia ini.

Baca juga: Berapa Lama Anosmia Akibat Covid-19 Bisa Sembuh?

Meski begitu, bagi siapa saja yang sedang berurusan dengan kehilangan indra penciuman akibat Covid-19 atau penyebab lainnya, latihan penciuman patut dicoba.

Latihan penciuman yang dimaksud di sini adalah praktik berulang kali memaparkan berbagai bau dalam upaya membantu meningkatkan kemampuan pasien untuk mendeteksi aroma.

“Masih belum sepenuhnya diketahui bagaimana latihan penciuman bekerja, tetapi itu bergantung pada kemampuan unik saraf penciuman untuk beregenerasi,” kata Benjamin S. Bleier, MD, FACS, spesialis kepala dan leher di Mass Eye and Ear Sinus Center dan seorang profesor otolaringologi-bedah kepala dan leher di Harvard Medical School kepada Verywell Health.

Dia memperkirakan bahwa paparan bau berulang bisa meningkatkan kapasitas neurogeneratif sel khusus di daerah hidung yang bertanggung jawab untuk penciuman (epitel penciuman) yang dapat membantu menyembuhkan saraf penciuman yang rusak.

“Latihan penciuman bahkan dapat menyebabkan konektivitas otak yang lebih baik," kata Thomas Hummel, MD, seorang profesor di Klinik Bau dan Rasa di Technical University of Dresden kepada Verywell Health.

Baca juga: Alasan Orang yang Sudah Divaksinasi Covid-19 Masih Bisa Terinfeksi dan Menularkan Virus Corona

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau