KOMPAS.com - Mimpi buruk adalah mimpi yang menakutkan atau mengganggu.
Tema mimpi buruk sangat bervariasi pada setiap orang, tetapi tema umum termasuk dikejar, jatuh, atau merasa tersesat atau terjebak.
Merangkum dari Healthline, mimpi buruk dapat menyebabkan seseorang merasakan berbagai emosi, yakni:
Seseorang mungkin terus mengalami emosi ini bahkan setelah ia bangun.
Orang-orang dari segala usia memiliki mimpi buruk.
Baca juga: 6 Obat Tidur Alami yang Bisa Membantu Mengatasi Susah Tidur
Namun, mimpi buruk lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 10 tahun.
Anak perempuan lebih cenderung terganggu oleh mimpi buruk mereka daripada anak laki-laki.
Mimpi buruk tampaknya menjadi bagian dari perkembangan normal, kecuali dalam kasus gangguan stres pasca-trauma (PTSD), mereka biasanya bukan gejala dari kondisi medis atau gangguan mental yang mendasarinya.
Namun, mimpi buruk bisa menjadi masalah jika terus berlanjut dan mengganggu pola tidur.
Hal ini dapat menyebabkan insomnia dan kesulitan beraktivitas di siang hari.
Mimpi buruk dapat dipicu oleh berbagai faktor, berikut ini beberapa di antaranya:
Penting untuk dicatat bahwa mimpi buruk tidak sama dengan berjalan dalam tidur atau disebut somnambulisme, yang menyebabkan seseorang berjalan-jalan saat masih tidur.
Mimpi buruk juga berbeda dari teror malam, juga dikenal sebagai teror tidur.
Anak-anak yang mengalami teror malam tidur sepanjang episode dan biasanya tidak mengingat kejadian di pagi hari.
Baca juga: Minum Obat Tidur, Pahami Dulu Efek Sampingnya…
Mereka mungkin juga memiliki kecenderungan untuk berjalan dalam tidur atau buang air kecil di tempat tidur selama teror malam.
Teror malam biasanya berhenti begitu seorang anak mencapai pubertas.
Namun, beberapa orang dewasa mungkin mengalami teror malam dan mengalami ingatan mimpi yang terbatas, terutama selama masa stres.
Perawatan biasanya tidak diperlukan untuk mimpi buruk.
Namun, masalah kesehatan medis atau mental yang mendasarinya harus ditangani.
Jika mimpi buruk Anda terjadi akibat PTSD, dokter mungkin akan meresepkan obat tekanan darah prazosin.
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa obat ini membantu mengobati mimpi buruk yang berhubungan dengan PTSD.
Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Tidur Miring ke Kanan?
Dokter mungkin merekomendasikan konseling atau teknik pengurangan stres jika salah satu dari kondisi berikut memicu mimpi buruk:
Dalam kasus yang jarang terjadi, obat untuk gangguan tidur mungkin disarankan.
Selain itu, perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi frekuensi mimpi buruk.
Berikut ini beberapa perubahan hidup yang bisa dilakukan untuk mengurangi frekuensi mimpi buruk:
Jika anak sering mengalami mimpi buruk, dorong mereka untuk membicarakan mimpi buruk mereka.
Jelaskan bahwa mimpi buruk tidak dapat menyakiti mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.