Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Bunda, Kenali Manfaat Kolostrum bagi Si Kecil

Kompas.com - 30/08/2021, 19:30 WIB
A P Sari,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Para ibu yang tengah menyusui mungkin tidak asing dengan susu kolostrum. Kolostrum adalah air susu ibu (ASI) yang keluar pada awal proses menyusui, khususnya hari pertama hingga hari keempat atau kelima.

Kolostrum memiliki jumlah terbatas. Teksturnya pekat, lengket, berwarna kekuningan, dan sangat berbeda dari ASI.

Bayi yang baru lahir biasanya membutuhkan sekitar satu sampai empat sendok teh ASI per hari. Kebutuhan ini didasarkan pada kondisi perut mereka yang masih sebesar kelereng.

Dengan ukuran perut yang masih kecil, jumlah kolostrum yang sedikit tentunya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Baca juga: Jangan Dibuang, Kolostrum Bisa Bantu Cegah Stunting pada Bayi

Program Specialist Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation Arnoldus Paut mengatakan, meski kaya nutrisi, ternyata banyak ibu yang belum memahami secara penuh manfaat dari kolostrum.

“Ada banyak vitamin dan zat, di antaranya immunoglobulin, vitamin A, B12, B6, D, dan K. Kolostrum juga kaya protein dan mengandung lebih banyak zat kekebalan tubuh dan sel darah putih,” kata Arnold dalam keterangan pers resmi, dikutip Kompas.com, Senin (30/8/2021).

Adanya zat kekebalan tubuh itu, kata dia, sangat berguna untuk melindungi bayi dari infeksi dan alergi.

“Kolostrum bisa membantu organ pencernaan bayi yang belum sempurna agar bisa mencerna berbagai kotoran di usus,” ujar Arnold.

Baca juga: Sempat Disebut oleh Maruf Amin, Bisakah Kolostrum Selesaikan Stunting?

Ia melanjutkan, perkembangan usus bayi agar tumbuh semakin matang pun didukung oleh kolostrum.

“Karena sebelum enam bulan bayi belum bisa menerima asupan tambahan selain ASI, kolostrum ini menjadi sangat penting. Itulah sebabnya kolostrum disebut susu emas,” katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sangat menyarankan pemberian kolostrum untuk bayi sejak dilahirkan.

Pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga seputar ASI sebelum melahirkan akan membantu mereka agar memiliki kesiapan fisik dan mental untuk menyukseskan pemberian ASI eksklusif.

“Terkait kolostrum, jangan khawatirkan banyak sedikitnya. Berikan itu kepada bayi dengan kasih sayang, karena susu emas ini akan menjadi perisai kesehatan terbaik untuk mereka,” pesan Arnold.

Baca juga: Keajaiban Kolostrum untuk Terapi Imun Bayi Prematur

Tantangan ASI eksklusif

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sebagai satu-satuya sumber asupan untuk anak sejak lahir hingga usia enam bulan, tanpa makanan atau minuman pendamping lain.

Meski demikian, pemberian ASI terus dianjurkan hingga anak menginjak usia dua tahun. Untuk kasus ini, pemberian ASI harus didampingi dengan makanan pendamping asi (MPASI).

Pemberian ASI eksklusif harus diawali dengan inisiasi menyusui dini (IMD). Tujuannya agar dapat menstimulasi produksi susu dan merekatkan hubungan psikologis ibu dan anak.

Gerakan dan hisapan pertama bayi menjadi sinyal yang memberitahu tubuh bahwa proses menyusui telah dimulai.

Pembicaraan mengenai ASI eksklusif terus menjadi topik yang hangat. Para ibu diharapkan bisa memberikan ASI eksklusif untuk buah hati mereka.

Baca juga: Menko PMK Sebut Angka Pemberian ASI Eksklusif Turun dalam 3 Tahun Terakhir

Bahkan, saat ini banyak kampanye tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif yang digalakkan banyak pihak.

Terlepas dari pentingnya ASI eksklusif untuk bayi, ternyata tidak sedikit ibu yang merasa kesulitan memberikan ASI eksklusif untuk buah hati mereka.

Senior Technical and Liaison Advisor Childhood and Development (ECED) Tanoto Foundation Widodo Suhartoyo menjelaskan, penyebab kesulitan ini sebenarnya beragam. Salah satunya adalah kesibukan ibu bekerja dan tidak adanya ruang laktasi di kantor.

“Kemudian ada kurangnya pengetahuan tentang menyusui, adanya persepsi bahwa susu formula sama atau lebih baik dari ASI, kurangnya dukungan dari suami, keluarga, dan lingkungan, terutama setelah melahirkan, kurangnya dukungan tenaga kesehatan selama melahirkan, masalah laktasi, dan lain sebagainya,” papar Widodo.

Baca juga: Kementerian PPPA Imbau Masyarakat Tingkatkan Kesadaran Pentingnya ASI Eksklusif

Oleh karena itu, kata dia, kesadaran, dukungan, dan peran serta berbagai pihak sangat diperlukan untuk memudahkan para ibu memberi ASI di mana saja dan kapan saja.

“Dalam lingkup terdekat, suami dan keluarga besar berperan besar menciptakan suasana nyaman bagi ibu. Mereka juga bisa memberi semangat dan motivasi ketika ibu merasa cemas dan takut,” imbuhnya.

Bantuan yang tersedia

Bagi para ibu yang sedang mengalami tantangan dalam memberikan ASI, khususnya bagi yang memiliki masalah laktasi dan pengetahuan sedikit, sebenarnya terdapat sejumlah bantuan yang bisa diakses.

Misalnya, bidan dan tenaga kesehatan terdekat dari tempat tinggal. Mereka dapat dihubungi untuk membantu, karena dapat menyediakan informasi dan bantuan dengan segera.

Baca juga: Hoax di Tengah Pandemi, Hambat Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia

Selain itu, sebagian rumah sakit juga memiliki konsultan laktasi yang dapat membantu ibu untuk menyusui.

Para konsultan tersebut dapat ditemui di klinik bersalin, tempat praktik dokter, dan praktik mandiri.

Tak hanya itu, para konsultan laktasi juga dapat memberikan kelas menyusui bagi ibu hamil.

Perlu diingat bahwa keberhasilan ibu dalam memberikan ASI merupakan upaya bersama yang membutuhkan pengetahuan dan informasi benar.

Selain itu, dukungan dari berbagai pihak juga penting untuk menciptakan lingkungan baik yang memungkinkan bagi ibu agar bisa menyusui secara optimal.

Baca juga: Pemberian ASI Eksklusif Bukan Cuma Tugas Ibu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau