KOMPAS.com - Menurut data WHO, hampir 50 juta orang di dunia mengalami epilepsi atau ayan.
Risiko kematian dini pada penderita epilepsi tiga kali lebih tinggi daripada populasi umum.
Celakanya lagi, sebagian besar diantara penderita epilepsi tersebut adalah anak-anak.
Data dari Journal of The American Academy of Pediatrics menyebutkan bahwa epilepsi adalah kondisi neurologis kronis yang paling sering terjadi pada anak-anak.
Baca juga: Mengompol
Epilepsi adalah suatu kondisi neurologis (mempengaruhi otak dan sistem saraf) di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk mengalami kejang yang dimulai di otak.
Otak terdiri dari jutaan sel saraf yang menggunakan sinyal listrik untuk mengontrol fungsi tubuh, indera dan pikiran.
Jika sinyal terganggu, orang tersebut mungkin mengalami serangan epilepsi.
Ada banyak jenis kejang epilepsi. Jenis serangan epilepsi yang dialami anak bergantung pada area otak mana yang terpengaruh.
Beberapa anak mungkin mengalami kejang saat mereka tidur. Kejang saat tidur dapat memengaruhi pola tidur dan dapat membuat anak merasa lelah dan bingung keesokan harinya.
Saat mengalami kehang, penderita bisa saja menyadari apa yang terjadi. Namun, adapula yang tida sadarkan diri dan tidak memiliki ingatan apapun tentang kejang yang dialaminya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.