KOMPAS.com - Serangan jantung dan henti jantung adalah masalah kesehatan yang sama-sama menyerang organ vital ini dan berisiko fatal.
Kedua kondisi ini memiliki gejala, penyebab, sampai faktor risiko yang berlainan.
Untuk memahami kedua macam gangguan jantung ini, simak penjelasan berikut.
Baca juga: Henti Jantung Bisa Lebih Berbahaya dari Serangan Jantung
Dilansir dari American Heart Association, serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa aliran darah kaya oksigen ke jantung tersumbat.
Akibat pasokan darah dari arteri berkurang atau minim, organ jantung lambat laun bisa rusak.
Semakin lama penderita serangan jantung diberikan pertolongan medis yang tepat, dampak kerusakan jantung dan risiko fatal jadi lebih besar.
Sementara itu, henti jantung adalah kondisi saat jantung berhenti mendadak karena gangguan kelistrikan pada jantung.
Karena proses pemompaan darah ke seluruh tubuh terganggu, seluruh organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dll. tidak bisa mendapat pasokan darah kaya oksigen.
Akibatnya, penderita henti jantung seketika dapat kehilangan kesadaran sekaligus denyut jantung.
Apabila tidak diberikan pertolongan medis dalam hitungan menit, penderita henti jantung bisa meninggal dunia.
Baca juga: 8 Gejala Serangan Jantung Ringan yang Pantang Disepelekan
Penyebab serangan jantung dan henti jantung berbeda.
Serangan jantung kebanyakan disebabkan penyakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi karena penumpukan lemak di pembuluh darah arteri koroner.
Perlu diketahui, arteri koroner adalah pembuluh darah yang memasok darah kaya oksigen ke jantung.
Penderita penyakit jantung koroner bisa mengalami serangan jantung apabila plak (sumbatan) di arteri jantung pecah dan menyebabkan penggumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah arteri koroner.
Melansir Harvard Health Publishing, ada beberapa faktor risiko penyebab serangan jantung koroner.