KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 lalu membuat sejumlah perusahaan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk mengurangi jumlah penularan virus Corona.
Sayangnya, saat menerapkan WFH, pekerja cenderung sulit untuk membagi batasan antara jam kerja dan jam pribadi.
Kondisi tersebut menyebabkan seseorang lebih rentan merasa kewalahan dengan tanggung jawab yang dimiliki.
Tak jarang hal ini membuat stres bahkan mungkin pekerja mengalami burnout.
Baca juga: Tips Cegah Stres saat WFH di Masa Pandemi Covid-19
Hal ini ternyata juga mendapat perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kemenkes pada Sabtu (04/09/2021) menyelenggarakan Webinar bertajuk "WFH = Kerja 24/7?" dengan menggandeng psikolog industri Inaulia Sekar, M, Psi.
Inaulia memaparkan soal bagaimana masalah di atas dapat ditanggulangi dengan mengatur waktu lebih baik lagi.
Menurutnya, banyak yang masih menganggap manajemen waktu bukan sesuatu yang penting.
"Padahal sesuatu yang penting, lho," kata Inaulia dalam sesi webinar, Sabtu (04/09/2021).
"Kok tiba-tiba hari ini sudah Senin, sudah Jumat aja, sudah mau ganti tahun? Waktu berganti dengan sangat cepat," sambungnya.
WFH dapat membuat orang merasa seperti:
Akibatnya, seseorang dapat mengalami kelelahan yang berkepanjangan. Tak hanya itu, juga rentan merasakan hal di bawah ini:
Baca juga: Cara Mengatasi Nyeri Leher dan Lutut Saat WFH
Mengutip buku “Make Time” milik Jake Knapp dan John Zeratsky, Inaulia mengungkapkan ada dua hal yang menyebabkan hidup menjadi sangat sibuk.
"Pertama, busy bandwagon. Sebuah mindset yang menekankan bahwa kita harus selalu sibuk," kata Inaulia.
"Lalu, infinity pool yang berarti distraksi tak berkesudahan yang disebabkan dari kesenangan instan yang tidak habis-habisnya," tambahnya.
Inaulia menjelaskan bahwa infinity pool merupakan ajang istirahat dari aktivitas busy bandwagon seseorang. Kedua hal tersebut menjadi lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
Contohnya, seseorang membuka sosial media untuk rehat sejenak dari pekerjaan. Padahal, melakukan hal tersebut tidak membawa rasa rileks.
"Akhirnya ngerasa buang-buang waktu aja. Udah satu jam scrolling tapi kerjaan masih numpuk," ujar Inaulia.
"Akhirnya bekerja lagi untuk membayar waktu yang tadi terbuang, sampai capek, lalu buka sosial media lagi untuk refreshing lagi, terus kerja lagi, itu lingkaran setan," jelasnya.
Inaulia menyatakan bahwa kita tidak bisa mengontrol seberapa sering masalah datang. Namun, kita dapat menyadari ada hal yang masih ada di dalam kontrol kita, yaitu waktu.
Saat manusia dalam keadaan fokus, otak terbagi ke dalam tiga bagian: masa lalu 14 persen, masa sekarang 28 persen, dan masa depan 48 persen.
Baca juga: WFH Bikin Tergoda Kerja di Atas Kasur, Pahami Efek Negatifnya
Fokus berarti memiliki sedikit distraksi (stimulasi yang berlebihan). Itulah sebabnya saat manusia fokus, potensi ide-ide baru bermunculan akan lebih besar.
Contohnya, ide atau pencerahan muncul saat berdiam di kamar mandi atau duduk-duduk di teras.
Itulah sebabnya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, jauhkan dari dari berbagai distraksi yang dapat mengganggu fokus.
"Kita tidak bisa memiliki atau melakukan segala hal dalam satu waktu. Namun, kita bisa memiliki atau melakukannya setelah selesai melakukan hal sebelumnya," tutur Inaulia.
Itulah sebabnya multitasking atau melakukan beberapa hal dalam satu waktu tidak baik untuk dilakukan. Selain membuat tidak optimal, multitasking juga tidak baik untuk otak.
Maka dari itu, hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi pekerjaan yang banyak adalah dengan mempercepat kinerja. Kinerja dapat dimaksimalkan dengan membuat otak tetap fokus.
Terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan agar hari dapat menjadi lebih efektif.
Baca juga: Terlalu Lama Menatap Layar Selama WFH dan Belajar Online, Waspada Sindrom Ini
Baca juga: 3 Risiko Kesehatan yang Mengintai saat WFH
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.