KOMPAS.com - Menurut data Global Cancer Observatory tahun 2020, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Kanker payudara juga menempati urutan kedua penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Sebagian besar kanker payudara terjadi pada wanita meskipun tidak menutup kemungkinan pria juga dapat mengalami penyakit ini.
Maka dari itu, Ahli Onkologi dr. Wilta Gautama, Sp.B(K) Onk, mengenalkan kembali informasi terkait kanker payudara dalam acara virtual peluncuran Charm Extra Maxi Pink RIbbon Special Edition pada Rabu (6/10) lalu.
Baca juga: 10 Penyebab Kanker Payudara dan Cara Mencegahnya
Menurut Walta, kanker payudara umumnya dapat diartikan sebagai penyakit yang terjadi akibat adanya sel abnormal atau tidak terkontrolnya sel di payudara.
Kondisi ini menyebabkan sel dapat memakan organ di sekitarnya dan menyebar ke anggota tubuh lainnya
Jika dibiarkan, kondisi ini pun dapat mengancam keselamatan.
Ada beberapa gejala kanker payudara yang muncul.
Menurut Walta, segera lakukan pemeriksaan medis jika Anda mengalami gejala kanker payudara sebagai berikut.
Baca juga: Kanker Payudara pada Pria: Gejala dan Penyebabnya
Menurut Walta, faktor risiko kanker payudara tidak bisa lepas dari faktor hormonal.
“Hingga saat ini secara pasti kita tidak tahu. Akan tetapi, dapat dihubungkan dengan faktor hormonal,” ungkap Walta saat ditanyakan mengenai penyebab kanker payudara.
Walta menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor terkait dengan hormon estrogen yang dapat meningkatkan risiko mengalami kanker payudara.
Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut.
Dalam masa kehamilan, payudara seorang wanita akan beristirahat dari hormon estrogen.
Hal ini terjadi karena hormon tersebut digunakan oleh rahim untuk berkembang yang menjadikan rahim elastis dalam mengikuti bentuk janin. Menstruasi yang berhenti selama kehamilan otomatis mengurangi paparan estrogen dan progesteron.
Selain itu, saat sedang menyusui, payudara juga dapat mengeluarkan dan menyingkirkan sel-sel abnormal penyebab kanker.
American Institute for Cancer Research (AICR) dan World Cancer Research Fund (WCFR) tahun 2017 menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi paparan seumur hidup terhadap hormon seperti estrogen.
Maka dari itu, menurut Walta, risiko seorang wanita yang tidak pernah hamil dan menyusui menjadi lebih tinggi karena terpapar hormon estrogen dan juga progesteron secara terus-menerus.
Walta mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga berat badan yang ideal dan sehat.
Selain itu, Walta menganjurkan untuk tidak menambah berat badan lebih dari 3 kilogram bagi seseorang yang sudah mengalami menopause.
Alasannya, berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker akibat bertambahnya kadar estrogen dalam tubuh.
Hal ini terbukti dengan contoh pria yang memiliki payudara karena berat badan berlebih.
Baca juga: 8 Ciri-ciri Kanker Payudara yang Mudah Dikenali
Hormon etrogen dapat tersimpan di tubuh dalam bentuk lemak.
Oleh karena itu, Walta mengimbau untuk membatasi konsumsi lemak, terutama jika Anda telah berusia di atas 50 tahun.
Walta mengungkapkan bahwa terdapat banyak penelitian yang membuktikan bahwa terdapat kandungan alkohol yang terkait dengan hormon estrogen.
Dengan demikian, mengonsumsi alkohol yang secara rutin atau berlebihan dapat memicu peningkatan hormon estrogen dalam tubuh yang otomatis meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, Walta kembali mengingatkan pentingnya berolahraga secara rutin untuk mengurangi risiko kanker payudara.
Karena dengan olahraga, Anda dapat membakar cadangan hormon estrogen yang berbentuk lemak di dalam tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.